JAKARTA - Perubahan iklim dan peningkatan lalu lintas laut menyebabkan ikan kakatua Mediterania bersama dengan sekitar 50 spesies baru lainnya telah menyebar ke Laut Adriatik, mengancam populasi ikan asli.
Selama beberapa dekade, nelayan Kroasia Marko Kristic telah menebarkan jaringnya di perairan Laut Adriatik yang berkilauan. Kini, invasi ikan kakatua Mediterania membahayakan hasil tangkapan tradisional dan mata pencahariannya, katanya.
Kristic mengatakan, ikan kakatua pertama kali terlihat di Adriatik selatan sekitar 15 tahun yang lalu. Namun, kini menjadi tangkapan sampingan yang umum di jaringnya.
Meskipun dinikmati sebagai makanan lezat di daerah asalnya, ikan kakatua tidak disukai penduduk setempat di sekitar desanya, Molunat di Kroasia selatan.
"Saya tidak bisa menjualnya kepada siapa pun. Penduduk setempat tidak akan memakan ikan baru ini," kata Kristic, dikutip dari Reuters 1 April.
Sementara itu, peneliti di Institut Penelitian Kelautan dan Pesisir yang berbasis di Dubrovnik Nenad Antolovic mengatakan, stok ikan di Laut Adriatik, bagian paling utara Mediterania, telah merosot karena penangkapan ikan berlebihan, perubahan iklim dan invasi spesies baru.
"Lautan Adriatik sedang berubah, semakin panas. Karena itu, organisme baru bermunculan. Yang saya maksud adalah ikan, plankton dan alga," kata Antolovic.
Menurut data tahun 2023 Badan Nasional Italia untuk Teknologi Baru, Energi dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan (ENEA), Mediterania menjadi laut dengan pemanasan tercepat di planet ini.
Spesies ikan baru telah tiba di Mediterania dan Laut Adriatik dari Laut Merah melalui Terusan Suez karena perairan yang lebih hangat atau terbawa dalam tangki pemberat kapal, sehingga membahayakan kelangsungan hidup sekitar 460 spesies ikan asli, kata Antolovic.
Beberapa ikan baru berbahaya bagi manusia, seperti lionfish atau stonefish yang beracun.
Bulan lalu, seorang nelayan dari daerah Dubrovnik menangkap seekor ikan ekor persegi kecil, seekor penghuni laut dalam, yang jarang ditemukan di Laut Adriatik.
Di negara tetangga Montenegro, para ilmuwan dari Institut Biologi Kelautan di kota pesisir Kotor memilih kepiting biru sebagai contoh spesies invasif.
"Ia muncul sekitar 20 tahun lalu dan merupakan salah satu spesies invasif terburuk di Mediterania," kata ilmuwan Olivera Markovic.
Nelayan dan ilmuwan mengatakan, stok krustasea seperti kepiting hijau telah berkurang, dan di beberapa tempat punah sama sekali.
BACA JUGA:
"Populasi kepiting hijau telah berkurang drastis sejak kemunculan kepiting biru," ungkap Markovic.
Di sisi lain, ikan baronang, ikan buntal dan ikan lionfish tumbuh subur di perairan Adriatik yang lebih hangat di sepanjang pantai Montenegro, kata Ilija Cetkovic, peneliti di institut tersebut.
Kekhawatiran terbesar adalah lionfish.
"(Lionfish) saat ini menjadi masalah kebakaran. Ikan ini bersifat predator dan menimbulkan kerusakan besar pada ekosistem," kata Cetkovic.