Bagikan:

JAKARTA - Kelompok militan Palestina Hamas telah mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi rencana operasi Israel di Kota Rafah, selatan Gaza, kata seorang pemimpin kelompok itu.

"Operasi Rafah tidak akan mudah seperti yang dipikirkan oleh para pemimpin penjajah," kata pejabat yang enggan disebutkan namanya tersebut dalam wawancara dengan media Qatar, Al-Arabi Al-Jadid, melansir The Times Israel 28 Maret.

Lebih jauh dia mengatakan, Hamas dan kelompok militan lainnya "sepenuhnya siap untuk menimbulkan kerugian besar pada tentara penjajah."

Pejabat itu juga mengancam serangan lebih lanjut dari apa yang disebut "poros perlawanan," sebuah kumpulan gerakan yang didukung Iran yang memusuhi Israel dan Amerika Serikat yang juga mencakup kelompok militan Hizbullah Lebanon dan milisi Irak.

“Pemimpin pemerintahan pendudukan, Benjamin Netanyahu, menyebabkan ledakan di seluruh wilayah, dan jika hal ini terjadi, tidak ada pihak yang mampu mengendalikan dampaknya,” dia memperingatkan.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, pihaknya akan tetap menyerang Rafah meski tanpa dukungan Washington, saat keduanya bertemu pekan lalu.

"Saya mengatakan kepadanya, saya sangat menghargai kenyataan bahwa selama lebih dari lima bulan, kita telah bersatu dalam perang melawan Hamas," kata PM Netanyahu dalam sebuah video.

"Saya mengatakan kepadanya, kami menyadari perlunya mengevakuasi penduduk sipil dari zona perang dan tentu saja untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan, dan kami sedang mengupayakannya," lanjutnya.

"Tetapi saya juga mengatakan kepadanya bahwa kita tidak punya cara untuk mengalahkan Hamas tanpa pergi ke Rafah, dan melenyapkan batalion yang tersisa di sana. Dan saya mengatakan kepadanya bahwa saya berharap kami akan melakukannya dengan dukungan Amerika, tetapi jika diperlukan, kami akan melakukannya sendiri," tandas PM Netanyahu.

Amerika Serikat melalui Presiden Joe Biden sebelumnya sudah memperingatkan Israel mengenai serangan ke Rafah dan memintanya untuk dibatalkan. Sejumlah negara dan badan internasional juga memperingatkan risiko kemanusiaan jika Israel menyerang kota itu.