Bagikan:

JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku marah atas serangan Israel terhadap kamp pengungsi di Rafah pada Minggu, 26 Mei. Serangan Israel menewaskan 45 orang.

"Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina," kata Macron lewat akun X dilansir CNN, Senin, 27 Mei.

“Saya menyerukan penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera,” imbuh Macron.

Serangan itu terjadi beberapa hari setelah Macron menyambut Menteri Luar Negeri Qatar, Mesir, Yordania dan Arab Saudi di Paris untuk melakukan pembicaraan mengenai situasi di Gaza.

Israel Defense Forces (IDF) mengklaim serangan mereka di Rafah dilakukan berdasarkan intelijen dan presisi, menewaskan komandan senior kelompok militan Hamas, saat puluhan warga sipil dilaporkan tewas.

 

Militer Israel mengklaim angkatan udaranya menyerang kompleks Hamas di Rafah dengan amunisi yang presisi dan berdasarkan intelijen yang tepat, menewaskan pejabat senior Hamas.

IDF mengatakan, komandan markas besar Hamas di Tepi Barat dan seorang pejabat tinggi lainnya kelompok itu tewas dalam serangan tadi malam.

Markas besar Tepi Barat adalah unit Hamas yang bertugas melancarkan serangan terhadap Israel dari atau di Tepi Barat, kata IDF, dikutip dari The Times of Israel 27 Mei.

Serangan tersebut terjadi di lingkungan Tel Al-Sultan di Rafah barat, tempat ribuan orang berlindung setelah banyak yang meninggalkan wilayah timur kota tersebut, tempat pasukan Israel memulai serangan darat lebih dari dua minggu lalu.