Jepang Temukan Kasus Pasien yang Sembuh dari COVID-19 Lalu Terinfeksi Lagi
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang wanita yang bekerja sebagai pemandu bus wisata di Jepang dinyatakan kembali terjangkit virus corona atau COVID-19. Sebelumnya, wanita berusia 40 tahun itu pernah terjangkit virus corona dan berhasil pulih. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Pemerintah Osaka, Jepang.

Wanita tersebut pertama kali dinyatakan positif virus corona pada akhir Januari dan keluar dari rumah sakit pada awal Februari setelah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Ia kembali dinyatakan positif virus corona pada Rabu 26 Februari setelah mengalami sakit tenggorokan dan nyeri dada. 

Kasus seseorang yang kembali terkena COVID-19 ini merupakan pertama kalinya di Jepang. Kembalinya seseorang terkena virus tersebut menambah kekhawatiran karena masih banyak hal yang belum diketahui tentang virus ini, bahkan ketika kekhawatiran tentang penyebaran globalnya meningkat.

Laporan pasien yang kembali positif virus korona berada tak hanya terjadi di Jepang. Sebelumnya China dan Korea Selatan mengalami kasus yang sama. Tetapi beberapa pejabat kesehatan berdebat dengan kesimpulan ini dan mengatakan bahwa bisa saja ada kesalahan pada pengujian. Penyintas penyakit menular asal Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci, berpikir kemungkinan seseorang yang pernah terinfeksi sebuah virus selanjutnya akan menjadi kebal dengan virus tersebut.

Namun karena begitu banyak yang masih belum diketahui tentang virus, laporan infeksi ulang membuat para ahli kesehatan khawatir bahwa penyakit itu hanya tidak aktif setelah pemulihan, bukan menghilang. 

"Setelah Anda terinfeksi, infeksi ini akan menetap namun tidak aktif dan disertai dengan gejala minor. Kemudian akan menjadi lebih buruk jika sampai paru-paru," kata Philip Tierno Jr, Profesor Mikrobiologi dan Patologi di NYU School of Medicine.

Selain itu, Tierno juga menyarankan agar pesta olahraga Olimpiade 2020 Tokyo ditunda. Karena gelaran tersebut akan ada banyak orang berkumpul dan tidak mudah untuk mengetahui mana yang sehat dan mana yang sakit, bahkan membawa virus corona.  

“Olimpiade harus ditunda jika ini berlanjut, ada banyak orang yang tidak mengerti betapa mudahnya penyebaran virus ini dari satu orang ke orang lain. lain," tambah Tierno. 

Dikutip dari Reuters, Senin 16 Maret 2020, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memerintahkan agar seluruh sistem sekolah di Jepang, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, ditutup hingga liburan musim semi berakhir yaitu pada akhir Maret. Penutupan sekolah tersebut untuk membantu mengatasi wabah virus yang mirip SARS tersebut. 

Laporan terakhir, terdapat 839 kasus COVID-19 di Jepang. Sebanyak 144 orang dinyatakan sembuh dan 22 orang dinyatakan meninggal dunia. Jumlah tersebut tidak termasuk dengan kasus COVID-19 yang berada di kapal Diamond Princess yang dikarantina di Tokyo beberapa waktu lalu. 

Kementerian Kesehatan Jepang juga mengatakan bahwa kapal Diamond Princess masih berada di selatan Tokyo. Sekitar 240 anggota kru asing dan Jepang yang telah dites dan terbukti negatif COVID-19 akan turun dari kapal selama beberapa hari ke depan.

Mereka yang tidak memiliki gejala akan tetap berada di fasilitas dekat Tokyo untuk pemantauan lebih lanjut. Namun pihak otoritas belum bisa segera mengonfirmasi jumlah awak di kapal saat ini, yang sebelumnya membawa sekitar 3.700 orang ketika pertama kali merapat pada 3 Februari.