China Menentang Usulan Penjualan Senjata AS ke Taiwan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Jumat (23/02/2024) (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Bagikan:

JAKARTA - Beijing menentang "potensi" penjualan senjata AS senilai 75 juta dolar AS (sekitar Rp1,16 triliun) kepada Taiwan, dan menyebutnya sebagai langkah yang akan melemahkan kedaulatan dan kepentingan keamanan China.

"Penjualan senjata AS ke wilayah Taiwan China sangat melanggar prinsip satu-China dan tiga komunike bersama China-AS, terutama ketentuan Komunike 17 Agustus 1982," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers rutin di Beijing dilansir ANTARA, Sabtu, 24 Februari.

Penjualan semacam itu "melemahkan kedaulatan dan kepentingan keamanan China, serta merugikan hubungan AS-China dan perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan," sambung dia.

Departemen Luar Negeri AS dilaporkan menyetujui potensi penjualan pembaruan sistem tautan data taktis canggih yang direncanakan kepada Taiwan.

"China selalu dengan tegas menentangnya. Kami mendesak AS untuk sungguh-sungguh mematuhi prinsip satu China dan ketentuan tiga komunike bersama China-AS, berhenti menjual senjata ke Taiwan dan terlibat kontak militer dengan Taiwan, serta berhenti menciptakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketegangan di Selat Taiwan," kata dia.

Mao Ning mengatakan China akan mengambil langkah-langkah "kuat dan tegas" untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya.

Terkait pertanyaan mengenai komentar anggota parlemen AS yang berkunjung bahwa Washington akan terus mendukung Taiwan, siapa pun yang akan menjadi presiden AS berikutnya, Mao Ning mengatakan Beijing menolak campur tangan AS dalam urusan Taiwan dalam bentuk dan dengan dalih apa pun.”

"Taiwan adalah bagian integral dari wilayah China. China menentang segala bentuk interaksi resmi antara AS dan otoritas Taiwan, dan menolak campur tangan AS dalam urusan Taiwan dalam bentuk dan dengan dalih apapun," sambung dia.

Dia mengatakan negaranya mendesak AS untuk memperhatikan "kompleksitas dan sensitivitas ekstrem dari permasalahan Taiwan, menghentikan kontak resmi dengan Taiwan, dan berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada "pasukan separatis" untuk "kemerdekaan Taiwan."