WHO Peringatkan Lebih dari Separuh Dunia Berisiko Mengalami Wabah Campak Akhir Tahun Ini
Markas pusat WHO. (Wikimedia Commons/Thorkild Tylleskar)

Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada Hari Selasa, lebih dari separuh negara-negara di dunia akan berisiko tinggi atau sangat tinggi terkena wabah campak pada akhir tahun ini, kecuali jika tindakan pencegahan segera dilakukan.

Kasus campak mengalami peningkatan di sebagian besar wilayah dunia, terutama karena kurangnya vaksinasi selama masa COVID-19, ketika sistem kesehatan kewalahan dan tertinggal dalam vaksinasi rutin untuk penyakit yang dapat dicegah.

"Yang kami khawatirkan adalah tahun ini, 2024, kita mempunyai kesenjangan yang besar dalam program imunisasi dan jika kita tidak segera mengisi kesenjangan tersebut dengan vaksin, penyakit campak akan melompati kesenjangan tersebut," kata Penasihat Teknis Senior Bidang Campak dan Rubella Natasha Crowcroft dari WHO dalam konferensi pers di Jenewa, melansir Reuters 21 Februari.

"Kita dapat melihat, dari data yang dihasilkan dengan data WHO oleh CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS), lebih dari separuh negara di dunia akan berada pada risiko tinggi atau sangat tinggi terkena wabah penyakit ini pada akhir tahun," tandasnya.

Lebih jauh dia juga menyerukan tindakan segera untuk melindungi anak-anak, dengan mengatakan ada "kurangnya komitmen" pemerintah, mengingat permasalahan yang ada seperti krisis ekonomi dan konflik.

Campak adalah virus yang sangat menular dan ditularkan melalui udara dan sebagian besar menyerang anak-anak berusia di bawah lima tahun.

Penularan penyakit ini dapat dicegah dengan dua dosis vaksin, di mana lebih dari 50 juta kematian telah dapat dicegah sejak tahun 2000, menurut WHO.

Namun, tahun lalu kasus campak meningkat 79 persen menjadi lebih dari 300.000, menurut data WHO, meski diperkirakan hanya mewakili sebagian kecil dari total kasus.

Wabah campak telah dilaporkan di seluruh wilayah WHO kecuali Amerika, meskipun Crowcroft memperingatkan hal ini memang sudah diperkirakan terjadi.

Tingkat kematian lebih tinggi di negara-negara miskin karena sistem kesehatan yang lebih lemah, kata Crowcroft, seraya menambahkan wabah dan kematian juga merupakan risiko bagi negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi.

"Kami mengalami banyak wabah campak di seluruh dunia dan negara-negara berpendapatan menengah sangat menderita. Dan kami khawatir tahun 2024 akan seperti tahun 2019," tandasnya.