Bagikan:

JAKARTA - Penyakit campak yang diderita anak-anak mengalami peningkatan 400 persen di Afrika dalam beberapa bulan terakhir pada 2022.

“Jika kita tidak mengejar vaksinasi dengan cepat dan mendesak, kita pasti akan menyaksikan lebih banyak wabah,” kata Ephrem Tekle Lemango dari Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dilansir dari Reuters via Antara, Jumat, 15 Juli malam.

Untuk banyak penyakit, lebih dari 90 persen anak-anak perlu divaksin untuk mencegah wabah. Dia mengatakan Yaman dan Afghanistan termasuk di antara negara-negara dengan wabah campak yang besar dan mengganggu dalam beberapa bulan terakhir.

Pada 2021, sebanyak 24,7 juta anak melewatkan dosis pertama vaksin campak, dan 14,7 juta lainnya tidak mendapatkan dosis kedua, data menunjukkan. Cakupannya adalah 81 persen, terendah sejak 2008. Jumlahnya dihitung menggunakan data dari sistem kesehatan nasional di 177 negara.

Sekitar 25 juta anak di seluruh dunia tahun lalu melewatkan vaksinasi rutin yang melindungi dari penyakit yang mengancam jiwa, karena dampak pandemi terus mengganggu perawatan kesehatan global.

Jumlah itu dua juta lebih banyak dibandingkan  2020, ketika COVID-19 menyebabkan lockdown di seluruh dunia, dan enam juta lebih banyak daripada kondisi sebelum pandemi pada 2019, berdasarkan data baru UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

UNICEF menggambarkan penurunan cakupan vaksinasi sebagai kemunduran berkelanjutan terbesar vaksinasi anak dalam satu generasi.

Banyak yang berharap bahwa  2021 akan pulih setelah setahun pertama pandemi, tetapi situasinya sebenarnya memburuk.

"Ini adalah krisis kesehatan anak," kata spesialis imunisasi senior UNICEF, Niklas Danielsson kepada Reuters.

Badan tersebut mengatakan bahwa fokus pada kampanye imunisasi COVID-19 pada 2021, serta perlambatan ekonomi dan tekanan pada sistem perawatan kesehatan, telah menghalangi pemulihan yang lebih cepat untuk vaksinasi rutin.

Cakupan menurun di setiap wilayah, yang diperkirakan menggunakan data pengambilan tiga dosis suntikan vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP3) serta termasuk anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin sama sekali dan mereka yang tidak mendapatkan suntikan dari tiga dosis yang diperlukan untuk perlindungan. Secara global, cakupan vaksinasi turun 5 persen menjadi 81 persen tahun lalu.

Berdasarkan data, jumlah anak-anak "dosis nol", yaitu yang tidak menerima vaksinasi apa pun, naik 37 persen antara 2019 dan 2021, dari 13 menjadi 18 juta anak yang sebagian besar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.