Kasus Campak Meningkat, Dinkes DKI <I>Sweeping</i> Imunisasi di Kampung Padat Penduduk
ILUSTRASI DOK VOI

Bagikan:

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menerbitkan surat edaran untuk fasilitas kesehatan dalam menghadapi penanggulangan kasus campak yang kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Ngabila Salama mengungkapkan, terdapat tiga instruksi yang tertuang dalam SE Nomor 2 Tahun 2023.

Pertama, Dinkes DKI meminta puskesmas di seluruh kecamatan untuk memetakan capaian imunisasi campak rubella di wilayahnya.

"Sehubungan dengan meningkatnya kasus campak, puskesmas kecamatan diminta agar melakukan mapping wilayah cakupan imunisasi campak rubella yang masih rendah sampai level RT," kata Ngabila kepada wartawan, Kamis, 26 Januari.

Puskesmas diminta untuk melakukan penggencaran atau sweeping imunisasi bersamaan dengan operasi timbang yang dilakukan berdasarkan prioritas.

"Prioritasnya adalah daerah kumuh, padat dan miskin, daerah cakupan vaksin campak rendah, daerah dengan jumlah balita gizi kurang dan buruk terbanyak," ucap Ngabila.

Selain itu, Dinkes DKI meinta para kader dasawisma, posyandu, tim penggerak PKK, kasatlak pendidikan, guru UKS, hingga masyarakat untuk menyebarkan edukasi mengenai campak dan rubella serta operasi timbang.

Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan menetapkan peningkatan kasus campak sebagai kejadian luar biasa karena telah menyebar di 31 provinsi di Indonesia sampai dengan Desember 2022.

Kasus campak yang dilaporkan dari daerah kepada Kemenkes berjumlah 3.341 kasus di 223 kabupaten/kota atau meningkat sebesar 32 kali lipat. Penyakit campak disebabkan oleh virus yang dapat ditularkan melalui batuk dan bersin dari satu penderita ke orang lain.

Sementara, kasus campak di Jakarta meningkat menjadi 253 kasus sepanjang tahun 2022. Ngabila menjelaskan, penyebab peningkatan infeksi menular ini terjadi karena adanya missing cases dan menurunnya cakupan vaksinasi campak era pandemi.

"Cakupan vaksin minimal 95 persen, sementara DKI tidak tercapai targetnya. Untuk anak di bawah 2 tahun, capaiannya hanya 85 persen dan 2022 91 persen. Lalu, bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) pada 2021 hanya 91 persen. Yang lainnya tercapai di atas 95 persen," jelas Ngabila.