JAKARTA - Kepala Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pandemi corona virus desease (COVID-19) masih jauh dari kata selesai. Wabah itu masih mengganggu stabilitas layanan kesehatan normal, yang salah satu dampaknya membuat program vaksinasi tersendat. Kesehatan anak-anak, khususnya di negara-negara termiskin terancam.
WHO, disebut Reuters prihatin terhadap meningkatnya jumlah kasus positif COVID-19 dan kematiannya di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin dan beberapa negara Asia, kendati di negara-negara kaya jumlah kasusnya menurun.
"Jalan kita masih panjang di depan dan masih banyak yang harus dikerjakan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus lewat konferensi pers virtual di Jenewa.
Virus yang muncul pada awal tahun baru lalu di Wuhan, China telah menginfeksi 2,97 juta orang dan merenggut 205.948 nyawa.
Vaksinasi anak
Tedros khawatir dampak dari pandemi ini mengancam kesehatan anak-anak. Pasalnya akibat pandemi, program vaksinasi untuk penyakit lain terganggu.
"Anak-anak mungkin berisiko relatif rendah akibat COVID-19, tapi bisa berisiko tinggi dari penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin," kata Tedros.
Menurut WHO, tak kurang dari 13 juta orang di seluruh dunia telah terkena dampak karena keterlambatan imunisasi rutin. Imunisasi itu di antaranya untuk penyakit polio, campak, kolera, demam kuning dan meningitis.
BACA JUGA:
Mengutip data aliansi vaksin global GAVI, dilaporkan ada 21 negara yang kekurangan vaksin terhadap penyakit lain. Hal itu disebabkan karena kebijakan pembatasan perbatasan dan gangguan perjalanan karena banyak negara yang terpaksa menutup akses demi mencegah penyebaran COVID-19.
Di Afrika, misalnya. Kata Tedros, kasus malaria di sana dapat berlipat ganda karena terhentinya program imunisasi ini.
"Itu tidak harus terjadi, kami bekerja dengan banyak negara untuk mendukung mereka," kata Tedros.