JAKARTA - Sistem rudal balistik Trident II gagal diluncurkan dan jatuh ke laut dekat kapal selam yang meluncurkannya, dalam uji coba bulan lalu di lepas pantai Florida, Amerika Serikat.
The Sun melaporkan pada Hari Rabu, booster tahap pertama pada rudal tersebut, yang dilengkapi dengan hulu ledak tiruan, tidak menyala selama uji coba pada 30 Januari.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan ada anomali yang terjadi selama pengujian namun kegagalan tersebut tidak berdampak pada sistem yang lebih luas.
"Sehubungan dengan keamanan nasional, kami tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai hal ini, namun kami yakin bahwa anomali tersebut terjadi secara spesifik, dan oleh karena itu tidak ada implikasi terhadap keandalan sistem dan persediaan rudal Trident," kata pihak kementerian dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters 21 Februari.
"Penangkal nuklir Inggris tetap aman, terjamin dan efektif," tambah kementerian.
The Sun juga mengatakan, Menteri Pertahanan Grant Shapps hadir di kapal selam tersebut saat kegagalan peluncuran itu terjadi.
Sumber kementerian mengonfirmasi anomali saat latihan itu melibatkan kapal selam Inggris HMS Vanguard, mengutip Anadolu dari Sky News.
Kegagalan ini merupakan kali kedua berturut-turut, setelah uji coba sebelumnya pada tahun 2016 menghadapi masalah serupa dan rudal keluar dari jalur.
Kegagalan uji coba ini kemungkinan juga akan memperburuk kekhawatiran atas kesiapan Angkatan Laut Inggris jika terlibat dalam konflik besar-besaran.
BACA JUGA:
Awal bulan ini, Angkatan Laut Kerajaan Kementerian Pertahanan harus menarik kapal induk HMS Queen Elizabeth dari latihan NATO terbesar sejak Perang Dingin, setelah pemeriksaan rutin mengidentifikasi adanya masalah pada kopling pada poros baling-baling kanan kapal induk.
Diketahui, sistem penangkal nuklir Inggris disediakan oleh armada empat kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi dengan sistem rudal balistik Trident.
Menurut situs Royal Navy, selalu ada kapal selam rudal balistik Inggris di laut sejak tahun 1969, dan "penangkal nuklir yang kredibel bergantung pada kemampuan untuk mengancam respons yang pasti dan efektif terhadap agresi."