Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng mengungkap pertimbangan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merestui Ketua Umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi menteri di kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

AHY baru saja dilantik Jokowi menjadi Menteri ATR/BPN menggantikan posisi Hadi Tjahjanto. 

Andi mengatakan, salah satu alasan SBY merestui AHY adalah konsistensi terhadap persatuan setalah pemilu demi membangun Indonesia. Kebetulan, kata dia, posisi menteri ATR/BPN kosong lantaran Hadi digeser Presiden untuk menggantikan Mahfud MD yang mundur sebagai Menko Polhukam.  

"Karena pemilu sudah selesai, di negara-negara demokrasi mana pun ketika pemilu kompetisi sudah selesai sekarang tinggal penghitungan saja maka ya kita bersatu lagi untuk membangun bangsa ini," ujar Andi di Kementerian ATR/BPN, Jakarta, Rabu, 21 Februari. 

"Dan kami mendapatkan tawaran untuk bergabung dalam pemerintahan ini. Ada posisi untuk Mas AHY karena Pak Hadi dilantik atau digeser posisinya ke Menko Polhukam yang kosong. Karena Pak Mahfud (mundur, red), maka ada posisi di Menteri ATR dan ini juga adalah kementerian yang sangat strategis terutama bagi rakyat," sambungnya. 

Menurut Andi, suatu kehormatan jika Jokowi menawarkan posisi menteri ke AHY. Dia menekankan, kapan saja negara membutuhkan kader utama Demokrat seperti AHY maka siap untuk menjalankan.

"Bagi kami memang selama ini kami berada di luar pemerintahan. Kami konsisten sampai pemilihan umum kami berada di luar pemerintahan. Cuma sekarang kami berada di pemerintahan, kami juga akan konsisten. Beda dengan partai-partai yang menteri-menterinya masih di dalam pemerintahan tetapi berlakunya seperti oposisi," kata Andi. 

 "Kalau kami, ketika kami di luar pemerintahan kami oposisi. Kalau kami di dalam pemerintahan kami konsisten di dalam pemerintahan," tambahnya. 

Andi mengatakan, sebelumnya tidak ada komunikasi terkait posisi menteri ini antara Jokowi dan SBY. Namun jika komunikasi itu berlangsung sebelum pelantikan, Andi mengaku tak mengetahui. 

"Enggak, enggak. Kan komunikasi dengan Pak Jokowi di Jogja itu tidak membahas sama sekali mengenai kabinet, tidak membahas mengenai posisi kami. Kami lebih banyak dalam tukar pandangan tentang persoalan-persoalan bangsa, pemilu dan sebagainya. Mungkin pada saat itu Pak Jokowi ingin mendengarkan pandangan-pandangan Mas AHY, mungkin cocok," ungkapnya.