Arcandra Tahar: Tesla Pilih India karena Biaya Hidup di Bangalore Lebih Rendah dibanding di Jakarta
Mantan Menteri ESDM, Arcandra Tahar. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Belakangan, santer terdengar kabar bahwa produsen otomotif bertenaga listrik Tesla mengungkapkan minatnya untuk mendirikan pabrik di Indonesia sebagai basis produksi di Asia. Berita itu mencuat seiring dengan niatan serius Tesla yang menginginkan Indonesia sebagai pemasok utama bahwa baku baterai mobil listrik.

Namun, perusahaan milik Elon R. Musk akhirnya memutuskan India sebagai negara tujuan pendirian fasilitas produksi di luar Amerika Serikat.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar memberikan pandangannya megenai hal tersebut. Menurut dia, negara di kawasan Asia Selatan itu memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan Indonesia.

“Secara mendasar kita harus mengerti dulu bahwa di negara asalnya Amerika Serikat, Tesla membangun manufacturing plant dan technology center-nya di Silicon Valley yang merupakan center-nya teknologi di AS. Secara logika, kota di dunia yang paling mendekati persyaratan ini adalah Tel Aviv di Israel dan Bangalore di India,” ujarnya melalui laman resmi Instragram-nya @archandra.tahar pada Rabu, 24 Februari.

Lantas kenapa Elon Musk jatuh hati kepada India?

“Tidak ada yang tahu alasan pastinya. Namun kami menduga ada beberapa alasan. Pertama, dengan mendahulukan Bangalore, Tesla tidak saja mendapatkan ekosistem IT terbaik tetapi juga bisa mendapatkan askes pasar yang sangat besar,” tuturnya.

Dia mencatat, India merupakan salah satu negara paling 'rakus' dalam urusan konsumsi kendaraan bermotor, utamanya jenis roda empat.

“India adalah negara dengan jumlah penjualan mobil keempat terbesar di dunia setelah China, AS, dan Jepang,” tegasnya.

Adapun, alasan kedua menurut dia yaitu komponen biaya ketenagakerjaan yang sangat mendukung dalam usaha kegiatan produksi manufaktur.

“Di India tenaga kerjanya lebih murah dibandingkan dengan Tel Aviv. Biaya hidup di Tel Aviv 3 kali lebih tinggi dari Bangalore, begitupun dengan gaji pegawai. Bahkan, biaya hidup di Bangalore lebih rendah dibandingkan Jakarta,” katanya.

Telaah lain yang dipaparkan oleh profesional sektor energi itu adalah terkait dengan kemampuan India dalam membangun jaringan pasar, khususnya ke sektor teknologi dan permodalan.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa keduanya punya (India dan Israel) punya jaringan yang sangat kuat. Banyak CEO di bidang IT keturunan India dan banyak pemilik modal keturunan Israel,” jelasnya.

Pabrik Tesla. (Foto: Instagram @arcandra.tahar)

Dari kenyataan tersebut Arcandra berharap pemerintah dan seluruh elemen bangsa bisa mengambil hikmah agar dapat terus meningkatkan kemampuan dan kapabilitas sehingga mampu bersaing di level global.

“Keputusan Tesla yang memilih India tentu bisa menjadi pembelajaran, bahwa seluruh negara kini terus berlomba memberikan daya tarik kepada investor,” ungkapnya.

“Indonesia memiliki memiliki natural resources yang luar biasa dan potensi human resources yang tidak kalah di dunia. Tapi memastikan bahwa kedua aset strategis itu bisa membentuk sebuah ekosistem yang memberikan daya tarik bagi investor tentu menjadi tantangan yang tidak mudah dibangun dalam sekejap. Insyaa Allah,” tutup Arcandra.