BI Ungkap Alasan Perbankan Ogah Turunkan Bunga Kredit Cepat-Cepat
Ilustrasi uang rupiah. (Foto: BI)

Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menilai keengganan pelaku usaha perbankan untuk segera menurunkan suku bunga kredit pasca pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral telah berlangsung sejak lama.

Asisten Gubernur sekaligus Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung mengatakan hal yang berbeda akan terjadi pada sektor produk simpanan yang dimiliki perbankan.

“Kalau suku bunga BI turun, bank-bank ini akan langsung menurunkan suku bunga depositonya, mereka sangat responsif. Tetapi berbeda dengan suku bunga kredit yang cenderung lambat responnya,” ujar dia dalam webinar Senin, 22 Februari.

Juda mencatat, otoritas moneter telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 225 basis poin sejak Juni 2019 hingga Februari 2021.

“Yang mengikuti turun dengan besaran yang hampir sama itu bunga deposito, sedangkan bunga kreditnya tetap rigid sehingga spread-nya jauh sekali dengan BI rate,” tuturnya.

Dia menduga, strategi bank untuk menahan interest kredit dipicu oleh motivasi dalam menjaga kinerja keuangan.

“Ini bank-bank mencoba mendapatkan keuntungan yang lebih di saat seperti sekarang,” tegasnya.

Padahal, kata Juda, penyesuaian suku bunga kredit sangat penting untuk memberikan stimulus kepada nasabah agar mau mengajukan pinjaman.

“Sebenarnya ini tidak kondusif bagi perekonomian. Jika suku bunga kredit bisa cepat turun maka seharusnya dapat mendorong ekonomi segera pulih. Ini juga yang menjadi penyebab masyarakat masih ragu untuk meminta kredit dari perbankan,” terangnya.

BACA JUGA:


- https://voi.id/berita/34381/deretan-bank-yang-bisa-berikan-dp-0-persen-kredit-kendaraan-bermotor

- https://voi.id/berita/34386/di-singapura-erick-thohir-jualan-3-sektor-investasi-lewat-lpi-apa-saja

- https://voi.id/berita/34404/sri-mulyani-pembangunan-jembatan-youtefa-di-papua-sebesar-rp1-3-triliun-gunakan-instrumen-syariah

[/see_also

Sebelumnya, pada konferensi pers virtual tengah pekan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa penurunan suku bunga kredit masih cenderung terbatas, yaitu hanya sebesar 83 bps ke level 9,70 persen pada sepanjang 2020.

Adapun, suku bunga deposito 1 bulan telah menurun sebesar 181 bps ke level 4,27 persen pada Desember 2020.

“Lambatnya penurunan suku bunga kredit disebabkan oleh masih tingginya suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan,” jelas Gubernur BI.

Sebagai informasi, pada Kamis, 18 Februari Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,50 persen. Pemangkasan tersebut merupakan yang pertama di  tahun ini dan diharapkan dapat menjadi stimulus tersendiri dalam pemulihan ekonomi nasional.