Tolak Pembebasan Tahanan Palestina, Menteri Sayap Kanan Israel: Ratusan Tentara yang Gugur Bukan Kambing
Menteri Keamanan Nasional Israel Itaman Ben-Gvir. (Twitter/@itamarbengvir)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir memperingatkan, ia tidak akan menyetujui kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas yang mencakup konsesi yang luas bagi kelompok militan tersebut, setelah laporan-laporan mengenai proposal terbaru yang menyatakan mencakup pembebasan ribuan tahanan Palestina yang dipenjara, termasuk senior kelompok militan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membantah laporan tersebut dan bersumpah untuk tidak membebaskan "ribuan tahanan."

Tidak yakin, Ben Gvir, menggunakan ungkapan Ibrani yang umum untuk sesuatu yang sangat tidak menyenangkan yang dimasukkan ke dalam proposal untuk membuat yang lain tampak lebih enak, mengatakan angka-angka yang dilaporkan "tampaknya merupakan klausul 'kambing', yang dimaksudkan untuk meletakkan dasar bagi kesepakatan yang tidak terlalu buruk, namun tetap saja.

"Saya ingin mengatakan dengan jelas: tuan perdana menteri, ratusan tentara yang gugur bukanlah kambing, penduduk di selatan bukanlah kambing, warga Israel bukanlah kambing dan saya bukanlah kambing," katanya di Knesset (Parlemen Israel), melansir The Times of Israel 31 Januari.

"Kami tidak akan mengizinkan kesepakatan yang akan berarti kemenangan bagi Hamas dan melanggengkan teror. Lebih dari 500 tentara tidak tewas sia-sia. Kami tidak akan membiarkan pembebasan ribuan tahanan dari penjara," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, kelompok militan Hamas mengatakan Hari Selasa, pihaknya telah menerima dan akan mempelajari proposal baru gencatan senjata serta pembebasan sandera di Gaza, yang diajukan oleh mediator setelah pembicaraan dengan Israel.

Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Reuters, usulan tersebut melibatkan gencatan senjata tiga tahap, di mana kelompok tersebut pertama-tama akan membebaskan warga sipil yang tersisa di antara para sandera yang mereka tangkap pada 7 Oktober, kemudian tentara dan terakhir para sandera yang tewas.

Usulan gencatan senjata tersebut menyusul pembicaraan di Paris yang melibatkan kepala intelijen dari Israel, Amerika Serikat dan Mesir, dengan Perdana Menteri Qatar.

Sebagai tanda keseriusan perundingan tersebut, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan dia akan pergi ke Kairo untuk membahasnya.

Haniyeh mengatakan dia sedang mempelajari proposal gencatan senjata tersebut. Prioritas Hamas adalah mengakhiri serangan Israel dan mengamankan penarikan pasukan penuh, katanya.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengulangi sumpahnya untuk tidak menarik pasukan keluar dari Gaza sampai "kemenangan total".

"Kami tidak akan berkompromi jika tidak mencapai kemenangan total," ujarnya.

"Itu berarti melenyapkan Hamas, mengembalikan semua sandera kami dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel," lanjutnya.

Sampai saat itu tiba, tidak ada tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel, kata PM Netanyahu.

Menanggapi itu, Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas lainnya, mengatakan komentar PM Netanyahu "membuktikan dia tidak tertarik dengan keberhasilan pertemuan Paris dan tidak peduli dengan kehidupan sandera (Israel)".