JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan kepada kantor berita RIA, latihan militer besar-besaran bertajuk 'Steadfast Defender 2024' yang digelar oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menandai kembalinya aliansi tersebut ke pola Perang Dingin.
"Latihan ini adalah elemen lain dari perang hibrida yang dilancarkan Barat melawan Rusia," kata Wamenlu Grushko kepada RIA, dilansir dari Reuters 22 Januari.
"Latihan sebesar ini, menandai kembalinya NATO ke skema Perang Dingin yang final dan tidak dapat dibatalkan, ketika proses perencanaan militer, sumber daya dan infrastruktur sedang dipersiapkan untuk konfrontasi dengan Rusia," paparnya.
Diberitakan sebelumnya, NATO menggelar latihan militer terbesar sejak Perang Dingin, melatih bagaimana pasukan Amerika Serikat dapat memperkuat sekutu Eropa di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia dan di sisi timur aliansi tersebut, jika konflik berkobar dengan musuh "setingkat".
Sekitar 90.000 tentara akan bergabung dalam latihan bertajuk 'Steadfast Defender 2024' yang akan berlangsung hingga Mei, kata komandan militer tertinggi aliansi tersebut Jenderal Chris Cavoli pada Hari Kamis.
Untuk alat utama sistem senjata (Alutsista) dikerahkan dalam latihan kali ini meliputi lebih dari 50 kapal mulai dari kapal induk hingga kapal perusak, lebih dari 80 jet tempur, helikopter dan drone, serta setidaknya 1.100 kendaraan tempur termasuk 133 tank dan 533 kendaraan tempur infanteri, kata NATO.
Jenderal Cavoli mengatakan, latihan tersebut akan melatih pelaksanaan rencana regional NATO, rencana pertahanan pertama yang telah disusun aliansi tersebut dalam beberapa dekade, merinci bagaimana NATO akan merespons serangan Rusia.
NATO tidak menyebut nama Rusia dalam pengumumannya. Namun dokumen strategis utamanya mengidentifikasi Rusia sebagai ancaman paling signifikan dan langsung terhadap keamanan anggota NATO.
"Steadfast Defender 2024 akan menunjukkan kemampuan NATO untuk dengan cepat mengerahkan pasukan dari Amerika Utara dan bagian lain dari aliansi tersebut, untuk memperkuat pertahanan Eropa," kata NATO.
BACA JUGA:
Diketahui, latihan terakhir dengan ukuran lebih dari peserta saat ini adalah 'Reforger' yang digelar selama Perang Dingin pada tahun 1988 dengan 125.000 peserta. Berikutnya ada 'Trident Juncture' pada tahun 2018 dengan 50.000 peserta, menurut NATO.
Sementara Moskow dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov sendiri sering menuduh "kolektif Barat" melakukan "perang hibrida" melawan Rusia, dengan mendukung Ukraina melalui bantuan keuangan dan militer.