Bagikan:

JAKARTA - Korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina terus bertambah, saat wilayah ini mencatat salah satu hari paling mematikan sejak konflik Hamas-Israel pecah pada Bulan Oktober lalu.

Pejabat kesehatan Gaza mengatakan pada Hari Minggu, jumlah korban tewas telah melampaui angka 25.000 jiwa, saat pasukan Israel dan pejuang Hamas bentrok di beberapa tempat, dari Jabalia di utara hingga Khan Younis di selatan, yang menjadi fokus operasi Israel baru-baru ini.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 178 warga Palestina tewas dalam 24 jam terakhir, salah satu hari paling mematikan dalam perang sejauh ini, dilansir dari Reuters 21 Januari.

Sebanyak 25.105 warga Palestina, mayoritas di antaranya perempuan dan anak-anak, tewas dan 62.681 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Laporan tersebut tidak membedakan antara kematian warga sipil dan militan, namun menyatakan sebagian besar korban tewas adalah warga sipil.

Di sisi lain, militer Israel mengatakan tentaranya telah membunuh 15 pria bersenjata Palestina dalam pertempuran di utara, sementara penembak jitu, yang didukung oleh dukungan udara, telah membunuh sejumlah militan di Khan Younis.

Terpisah, pejabat Hamas Sami Abu Zuhri menolak pernyataan Israel dan jumlah korban tewas yang dilaporkan.

Diketahui, Israel melancarkan kampanyenya untuk melenyapkan Hamas setelah militan menyerbu Israel pada 7 Oktober dan mengamuk di kota-kota dan pangkalan-pangkalan di selatan, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 253 orang saat kembali ke daerah kantong tersebut.

Meskipun jumlah korban tewas sangat besar, militer Israel mengatakan pihaknya mengambil langkah-langkah untuk menghindari jatuhnya korban sipil namun menuduh Hamas beroperasi di daerah padat penduduk dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, tuduhan yang dibantah oleh kelompok Islam tersebut.

Sementara itu sebagian besar dari 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut telah mengungsi dari rumah mereka. Ketika sebagian besar wilayah Jalur Gaza rata dengan tanah, sedangkan rumah sakit serta lembaga kemanusiaan berjuang untuk mengatasinya, menggambarkan kondisi yang mengerikan.