Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada Hari Minggu mengecam Israel atas kematian warga sipil Palestina yang "menyedihkan" di Gaza, menyebut penolakan terhadap kenegaraan bagi rakyat Palestina tidak dapat diterima.

"Operasi militer Israel telah menyebarkan kehancuran massal dan membunuh warga sipil dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya selama saya menjabat Sekretaris Jenderal," kata Sekjen PBB Guterres, melansir Reuters 21 Januari.

"Ini sungguh memilukan dan sama sekali tidak dapat diterima. Timur Tengah adalah sebuah kotak yang mudah terbakar, kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mencegah konflik berkobar di seluruh kawasan," lanjutnya.

Selama perang, militer Israel telah menyatakan penyesalannya atas kematian warga sipil. Namun, mereka menuduh Hamas beroperasi di daerah padat penduduk dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Hamas sendiri membantah tuduhan tersebut.

Lebih lanjut Sekjen Guterres mengatakan, penolakan terhadap status kenegaraan bagi rakyat Palestina adalah tindakan yang tidak dapat diterima dan sikap seperti itu akan memperpanjang konflik tanpa batas waktu.

Komentarnya menyusul pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang tampaknya mengesampingkan apa yang disebut sebagai solusi dua negara, terhadap konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun, seperti yang didesak oleh Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya.

Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan, dalam pembicaraan dengan Presiden AS Joe Biden pada Hari Jumat, PM Benjamin Netanyahu "menegaskan kembali kebijakannya, setelah Hamas dihancurkan, Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas Gaza untuk memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel, sebuah persyaratan yang bertentangan dengan tuntutan kedaulatan Palestina".

Hamas sendiri mengatakan Amerika Serikat mengabaikan penderitaan dan kematian warga Palestina, namun tetap mendukung tindakan Israel secara finansial dan militer.

Dalam sebuah pernyataan pada Hari Minggu, mereka menyebut serangan pada 7 Oktober sebagai "langkah yang perlu".

"Itu adalah tindakan defensif dalam rangka menyingkirkan pendudukan Israel, merebut kembali hak-hak Palestina dan menuju pembebasan dan kemerdekaan," kata Hamas.

Diketahui, Israel melancarkan serangannya di Gaza setelah serangan kelompok militan Islam Hamas pada 7 Oktober yang menurut para pejabat Israel lebih dari 1.200 warga Israel dan orang asing terbunuh dan 240 orang disandera.

Di sisi lain, sebanyak 25.105 warga Palestina, mayoritas di antaranya perempuan dan anak-anak, tewas dan 62.681 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan Gaza Hari Minggu.