JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati meminta warga di wilayah Jabodetabek untuk mewaspadai hujan lebat pada 23 dan 24 Februari mendatang. Dia mengatakan hujan dengan intensitas lebat diperkirakan bakal terjadi secara merata.
"Kita masih harus waspada. Kemudian waspada berikutnya pada tanggal 23 dan 24 Februari," kata Dwikorita seperti dikutip dari akun YouTube BMKG, Minggu, 21 Februari.
Dia menjelaskan, sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek umumnya berpotensi hujan berintensitas ringan hingga sedang. Hal ini disebabkan, karena sebagian besar wilayah di Indonesia termasuk Jabodetabek tengah berada periode puncak musim hujan yang akan berlangsung sampai awal Maret mendatang.
Meski begitu, dia memperkirakan pada 21 Februari intensitas hujan menjadi rendah hingga 22 Februari. "Tapi, 22 Februari di bagian selatan (Jabodetabek, red) mulai terbentuk intensitas hujan meski dalam kondisi ringan," jelasnya.
Melengkapi pernyataan Dwikorita, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan pada 23 Februari, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat ini bakal terjadi dalam waktu seharian.
"Tanggal 23 itu intensitas hujan 24 jam, intensitas sedang hingga lebat. Sehingga, perlu menjadi kewaspadaan kita terutama di selatan Jabodetabek. Ada potensi banjir," ungkapnya.
BACA JUGA:
Meski begitu, dirinya menyebut, hujan yang bakal terjadi di tanggal tersebut tak akan selebat hujan pada Jumat, 19 Februari hingga Sabtu. "Kalau dari jumlah curah hujan bahkan sangat lebat tapi tidak selebat yang terjadi selama 24 jam terakhir," kata Fachri.
Diberitakan sebelumnya, akibat hujan lebat pada Jumat, 19 Februari banjir terjadi di sejumlah wilayah di DKI Jakarta dengan ketinggian bervariasi.
Gubernur DKI Jakarta mengatakan hal ini disebabkan cuaca ekstrem dan tingginya curah hujan. Dia kemudian memaparkan curah hujan di Pasar Minggu mencapai 226 mm per hari, di Sunter Hulu 197 mm, di Halim Perdanakusuma sampai 176 mm, Lebak bulus 154 mm.
"Semua angka di atas 150 adalah kondisi ekstrem. Dalam pembagian skala, ada hujan lebat sampai 100 mm, kemudian, 100 mm-150 mm sangat lebat dan di atas 150 mm adlah hujan ekstrem," kata Anies di Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, Sabtu, 20 Februari.
Sayangnya, kata Anies sistem drainase di DKI dibangun dengan daya tampung curah hujan antara 50 sampai 100 milimeter per hari. Drainase di kawasan tersebut tak mampu menampung air dengan curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan luapan air sampai pemukiman.
"Kapasitas sistem drainase di Jakarta itu berkisar 50 sampai 100 mm. Bila terjadi hujan di atas 100 mm per hari, maka pasti terjadi genangan karena memang kapasitasnya terbatas sampai 100 mm," ujar dia.
Oleh sebab itu, Anies akan memprioritaskan penanganan kepada warga yang tedampak banjir. Mulai dari persiapan tempat pengungsian, hingga evakuasi warga yang terjebak di pemukiman.
“Prioritasnya adalah keselamatan, memastikan warga yang terdampak bisa memiliki tempat istirahat sementara. Begitu air surut mereka bisa kembali ke rumahnya. Selama mereka di sana kebutuhan pangan, kebutuhan layanan kesehatan dipastikan tersedia. Insyaallah begitu surut, mereka bisa kembali berkegiatan,” ujarnya.