YOGYAKARTA – Istri Ganjar Pranowo, Siti Atikoh turut melakukan safari politik ke sejumlah daerah untuk meningkatkan citra ataupun mengenalkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD kepada masyarakat.
Terbaru, Safari politik Atikoh Ganjar dilakukan di Jawa Tengah (Jawa Tengah) dan Jawa Timur (Jatim) pada 17-20 Desember. Lantas, apa saja yang dilakukan Siti Atikoh selama melakukan safari politik di Jateng dan Jatim? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Kegiatan Safari Politik Atiqoh Ganjar di Jateng-Jatim
Ada berbagai tempat yang dikunjungi Siti Atikoh selama melakukan kegiatan safari politik di Jawa Tengah dan Jawa Timur, mulai dari blusukan ke sejumlah pasar tradisional hingga pondok pesantren. Semua itu dilakukan demi mendengar langsung keluhan-keluhan warga.
Selama melakukan safari politik, Siti Atikoh mencatat berbagai permasalahan yang dialami masyarakat. Masalah-masalah tersebut nantinya akan disampaikan ke Paslon Ganjar-Mahfud untuk dicarikan solusinya.
Salah satu masalah yang ditemukan Atikoh Ganjar ketika safari politik adalah soal kenaikan harga kebutuhan pokok, seperti beras, bawang, dan cabai.
“Banyak keluhan terutama emak-emak tentang harga kebutuhan pokok yang merasa masyarakat ini berat sekali gitu karena kalau beras naik otomatis kebutuhan lain naik. Kemudian bawang merah, bawang putih, itu juga menjadi bagian di bahan pokok di rumah. Cabai dan sebagainya. Itu keluhan yang pertama,” ucap Atikoh Ganjar, dikutip VOI.
Selain itu, Atikoh mengaku bahwa masyarakat mengeluhkan akses pekerjaan hingga pendidikan, khususnya bagi kaum difabel.
“Terhadap aksesibilitas lapangan kerja itu kan memang programnya (Ganjar-Mahfud) membuka lapangan kerja 17 juta, termasuk kemarin difabel akses pendidikan mereka juga,” kata Siti Atikoh.
“Harapannya nanti kan ada yang zaman dulu tidak bisa melakukan atau belum sistem inklusif, jadi harapannya mereka bisa kerjar paket,” sambung Atikoh.
Atikoh juga turut bicara soal bullying, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelecehan seksual agar ada wadah tersendiri.
“Kalau misalnya yang seperti KDRT itu ya, atau misalnya pelecehan seksual, harapannya ke depan lembaga pendidikan di universitas,kemudian di SMA, itu juga kayak tempat curhat. Kalau ini mereka bisa curhat, sehingga mental health-nya itu nanti benar-benar terjaga,” tutur Atikoh.
Kemudian ada juga program satu puskesmas dan satu desa terdapat tenaga kesehatan dan psikolog. Nantinya, korban pelecehan seksual diharap dari masing-masing institusi pendidikan bisa melaporkan hal tersebut.
BACA JUGA:
“Kalau selama ini ada kecenderungan mereka takut melapor karena ada victim itu, uang, menjadi akhirnya justru menjadi soalh-olah dia yang di-bully, ada stigma mungkin dianggap merugikan sekolah, merugikan institusi pendidikan. Ini kan perlu dilindungi juga,” kata Atikoh.
Demikian informasi tentang safari politik Atikoh Ganjar. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.