JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali mengaku partainya menyesal pernah mengusung Joko Widodo dalam pilpres dua periode sebelumnya, yakni pada Pemilu 2014 dan 2019.
Dijelaskan Ali, pada Pemilu 2014, NasDem mendulang suara yang cukup besar di pemilu legislatif. Namun, saat Jokowi memimpin selama satu periode lalu saat Pemilu 2019 berjalan, perolehan suara NasDem di Aceh menurun. Kondisi ini dianggap Ali sebagai suatu hukuman dari masyarakat Aceh.
Pengakuan ini diucapkan Ali saat mendampingi calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan menghadiri Maulid Akbar dan Haul Habib Muhammad bin Ahmad Al Atthos di Masjid Ba'alawi, Aceh Timur.
"Saya mewakili Partai NasDem sudah merasakan, ketika kemudian 2019. 2014, Aceh ini NasDem jadi pemenang. Tapi kemudian 2019, masyarakat Aceh menghukum Partai NasDem karena menyodorkan calon pemimpin yang tidak dikehendaki oleh masyarakat Aceh," kata Ali, Minggu, 17 Desember.
Dari situ, Ali menyebut partai yang dipimpin Surya Paloh ini menyadari bahwa Anies adalah sosok yang tepat untuk kembali meraih suara maayarakat Aceh di Pemilu 2024.
"Kesadaran itulah yang kemudian mendorong kami. Insyaallah apa yang kami hadirkan dan sodorkan hari ini itu memenuhi harapan masyarakat Aceh. Dari apa yang saya kenal dari seorang Mas Anies Baswedan, insyaallah dia memiliki syarat-syarat yang dikehendaki oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan," urainya.
Dalam kesempatan itu, Ali menegaskan bahwa sosok capres yang dibutuhkan masyarakat tak harus sebagai kader partai politik, tak perlu memiliki uang banyak, dan bukan harus orang yang berkuasa.
"Ada alim ulama, ada cendekiawan, ada pendidik, ada budayawan. Insyaallah mereka juga lebih baik dari kader partai politik. Partai ini hanya sebagai satu fasilitator untuk memfasilitasi," ujar Ali.
Atas dasar itu, Ali menganggap Anies adalah contoh calon pemimpin yang bisa ditiru oleh warga Aceh karena bisa diusung partai karena diklaim memiliki integritas dan gagasan yang mumpuni dalam memimpin.
BACA JUGA:
"Jadi, kepada semua kader-kader anak muda Aceh, monggo, silakan, tidak perlu berpartai menurut saya. Yang terpenting adalah bagaimana menjaga integritas, gagasan, dan moralitas. Insyaallah kalian memiliki kesempatan untuk maju memimpin negeri ini," imbuhnya.