Bagikan:

JAKARTA - Rusia menyerukan misi pemantauan internasional di wilayah Gaza, terkait dengan situasi kemanusiaan di sana, mengatakan serangan kelompok militan Hamas Oktober lalu tidak bisa menjadi pembenaran untuk menghukum jutaan rakyat Palestina di wilayah kantong tersebut, kendati mengutuk serangan terhadap Israel.

Kelompok militan Hamas melancarkan serangan ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober, menyebabkan 1.200 orang tewas dan 240 lainnya ditangkap sebagai sandera, menurut data resmi.

"Kami mengutuk keras serangan terhadap Israel pada 7 Oktober," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kepada Al Jazeera dalam wawancara yang disiarkan pada Hari Minggu di Konferensi Forum Doha, dilansir dari Reuters 11 Desember.

"Pada saat yang sama, kami tidak percaya bahwa peristiwa ini dapat diterima untuk menghukum jutaan rakyat Palestina dengan penembakan tanpa pandang bulu," sambungnya.

Lebih jauh dia mengatakan, perlu adanya jeda kemanusiaan di Jalur Gaza serta semacam pemantauan di lapangan.

"Kami menyampaikan pesan kepada Sekretaris Jenderal PBB (Antonio Guterres), menyarankan agar dia menggunakan wewenangnya untuk mempertimbangkan semacam pemantauan, namun sejauh ini tidak berhasil," kata Menlu Lavrov.

Diketahui, Presiden Vladimir Putin telah berulang kali menuduh Amerika Serikat dan Barat mengabaikan perlunya negara Palestina merdeka sesuai perbatasan tahun 1967.

"Hal ini terjadi bukan dalam ruang hampa," sebut Lavrov, merujuk pada blokade selama berpuluh-puluh tahun dan tidak terpenuhinya janji-janji mengenai negara Palestina.

Diberitakan sebelumnya, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 17.997, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong tersebut pada Hari Minggu, seperti dikutip dari Anadolu.

Berbicara pada konferensi pers, juru bicara kementerian Ashraf al-Qudra menambahkan, 49.229 orang lainnya terluka dalam serangan Israel di wilayah yang diblokade.