Erdogan-Paus Bahas Konflik Israel-Palestina Serta Pelanggaran HAM
Presiden Recep Tayyip Erdogan. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara melalui sambungan telepon dengan Paus Fransiskus mengenai konflik Israel-Palestina dan meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia.

Menurut Direktorat Komunikasi Turki, Erdogan mengatakan serangan Israel di Gaza, yang tidak memiliki dasar pembenaran dalam kitab suci manapun, telah mencapai tingkat pembantaian, dan sangat memalukan bagi masyarakat internasional yang menutup mata terhadap hal tersebut.

Dilansir ANTARA dari Anadolu, Kamis, 26 Oktobere, dia menekankan setiap negara harus angkat bicara melawan tragedi kemanusiaan ini.

Di wilayah yang menjadi tempat suci tiga agama Ibrahim – termasuk kepercayaan Paus Fransiskus – perdamaian abadi hanya dapat dicapai melalui pembentukan negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan secara geografis berdekatan dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur berdasarkan perbatasan tahun 1967, kata Erdogan kepada Paus.

Erdogan lebih jauh menyoroti upaya Turki untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dan obat-obatan ke Gaz dan menyerukan setiap orang untuk aktif mendukung upaya tersebut untuk memastikan pengiriman bantuan bagi warga sipil tak bersalah tidak terganggu.

Konflik di Gaza dimulai pada 7 Oktober ketika kelompok Palestina Hamas meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa, sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan penyusupan ke Israel melalui darat, laut, dan udara.

Hamas mengatakan serangan itu merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Sebagai balasan militer Israel kemudian melancarkan pemboman tanpa henti terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza. Lebih dari 7.900 orang tewas dalam konflik tersebut, termasuk sedikitnya 6.546 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.

Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza telah kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, dan konvoi bantuan yang baru-baru ini diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan.