JAKARTA - Kedutaan Besar AS di Bagdad diserang dengan dua rentetan roket pada Hari Jumat, namun tidak ada korban jiwa akibat serangan tersebut, kata juru bicara kedutaan.
Ledakan terdengar di dekat kedutaan, di pusat ibu kota Irak, sekitar pukul 4 pagi pada Hari Jumat. Sirene yang meminta orang-orang untuk berlindung diaktifkan, menurut video media sosial dari tempat kejadian.
Serangan itu diyakini dilakukan oleh milisi yang bersekutu dengan Iran di Irak, kata juru bicara tersebut, kendati sejauh ini tidak ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
"Kami sekali lagi menyerukan kepada Pemerintah Irak, seperti yang telah kami lakukan dalam banyak kesempatan, untuk melakukan segala daya untuk melindungi personel dan fasilitas diplomatik dan mitra Koalisi," kata juru bicara kedutaan, melansir Reuters 8 Desember.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani mengarahkan badan-badan keamanan untuk mengejar para pelaku, dengan menggambarkan mereka sebagai "kelompok yang nakal dan tidak patuh hukum yang sama sekali tidak mewakili keinginan rakyat Irak," bunyi sebuah pernyataan dari kantornya.
Dia juga menegaskan, merusak stabilitas, reputasi dan menargetkan tempat-tempat yang telah menjadi komitmen Irak untuk dilindungi adalah tindakan terorisme.
Selain staf diplomatiknya di Irak, Amerika Serikat memiliki sekitar 2.500 tentara di negara tersebut dengan misi yang dikatakan bertujuan untuk memberi nasihat dan membantu pasukan lokal dalam upaya mencegah kebangkitan ISIS, yang pada tahun 2014 menguasai sebagian besar negara tersebut sebelum akhirnya direbut kembali. dikalahkan.
BACA JUGA:
"Kami menegaskan kembali bahwa kami mempunyai hak untuk membela diri dan melindungi personel kami di mana pun di dunia," kata juru kedutaan.
Diketahui, ini adalah serangan roket pertama yang dilaporkan terhadap kedutaan Negeri Paman Sam, sejak kelompok milisi Syiah yang bersekutu dengan Iran memulai serangan terhadap pasukan AS di pangkalan militer di Irak dan negara tetangga Suriah pada pertengahan Oktober.
Kelompok-kelompok bersenjata, yang beroperasi di bawah bendera Perlawanan Islam di Irak, telah mengaitkan lebih dari 70 serangan serupa dengan dukungan Washington terhadap Israel dalam serangan dahsyat di Gaza.