JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) periode 2014-2019 Susi Pudjiastuti kembali mendapat sorotan publik. Setelah sempat bikin geger lewat ‘kasus’ unfollow hate speech, mantan birokrat nyentrik itu kembali menuliskan hal menarik lewat laman Twitter-nya.
Pada Selasa, 16 Februari, Susi mengunggah tautan berita media nasional terkait dengan utang luar negeri Indonesia di @susipudjiastuti. Dalam postingannya tersebut, dia tidak memberikan caption apapun sebagai materi pelengkap cuitan.
Adapun, tautan berita yang dia bagikan memuat informasi bahwa Indonesia disebutkan memiliki utang luar negeri sebesar Rp5.803 triliun.
Ternyata, cuitan itu dibalas oleh Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo yang tidak lain adalah anak buah Sri Mulyani.
Yustinus menulis bahwa jumlah utang tersebut tidak semata-mata dibuat oleh pemerintah melainkan akumulasi dari kewajiban dengan pihak swasta.
“Bu @susipudjiastuti ysh, ijin meluruskan utk pemahaman publik saja. Total ULN Rp 5. 803 T ini utang pemerintah dan swasta. ULN Pemerintah sendiri Rp 2.907 T. Kenapa oleh @kompascom semua diframing ke Jokowi? Ini yg saya maksud, bahwa perlu dicermati kl retweet tanpa cerita," katanya melalui @prastow pada Rabu, 17 Februari.
Sejurus kemudian Susi menanggapi cuitan Prastowo. Dia menyebut bahwa unggahannya merupakan sinyal dukungan kepada pemerintah karena membeberkan informasi fakta seputar utang pemerintah.
“Pak Prastowo, artikel kompas diatas justru positif .. dan menurut saya cukup jelas dan baik. Tidak perlu lagi saya mengomentari. Tapi ada kawan2 yg brp hr ini memang antipati sm saya gara2 cuitan unfollow hatr speech .. semua shared saya sudah dianggap negatif,” ujar Susi @susipudjiastuti.
BACA JUGA:
Seperti yang telah diberitakan VOI sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan IV/2020 tercatat sebesar 417,5 miliar dolar AS atau setara 5.803 triliun atau mendekati level psikologis Rp6.000 triliun.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan angka tersebut disumbang oleh sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar 209,2 miliar dolar AS dan sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar 208,3 miliar dolar AS.
“Utang luar negeri ini tumbuh 3,5 persen secara tahunan, namun turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,9 persen. Perlambatan terutama disebabkan oleh sektor swasta yang menurun,” ujarnya dalam keterangan pers, Senin, 15 Februari.