Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mencap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai tukang jagal Gaza, seiring dengan terjadinya salah satu kekejaman terbesar di wilayah kantong Palestina tersebut.

Itu disampaikan Presiden Erdogan saat menghadiri pertemuan Partai AK yang berkuasa, mengecam keras tindakan Israel di Gaza.

"Mereka menjadi sasaran serangan paling keji dalam sejarah umat manusia sejak 7 Oktober. Masjid mereka dibom, sekolah mereka rata dengan tanah, kamp pengungsi sengaja dijadikan sasaran, anak-anak dibantai secara brutal," kata Presiden Erdogan mengenai kondisi yang dialami warga Palestina di Gaza, melansir Daily Sabah 29 November.

Lebih jauh dikatakannya, apa yang terjadi di Gaza adalah genosida, yang menargetkan 2 juta orang yang "dikurung di penjara terbuka dengan pasokan makanan, listrik dan air terputus."

"Mereka menghancurkan Gaza dan melakukan segala bentuk kekejaman. Selama 50 hari, mereka membakar dan menghancurkan Gaza. Tindakan mereka tercatat dalam sejarah sebagai hal yang memalukan. Masyarakat di Gaza menderita kondisi yang mengerikan di bawah penindasan Israel sejak 7 Oktober," ujar Presiden Erdogan.

"Lebih dari 16.000 saudara dan saudari kita di Gaza menjadi martir dan lebih dari 70 persen dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 35.000 warga Palestina terluka. Kami mengenang setiap martir dan berharap yang terluka segera sembuh," tegasnya.

Presiden Erdoğan juga mengatakan, dua pertiga bangunan di Gaza dihancurkan atau rusak berat, menjadikannya tidak dapat dihuni dengan infrastruktur kesehatan dan pendidikan yang runtuh.

"Netanyahu sudah dikenang sebagai penjagal Gaza. Ini adalah rasa malu yang diasosiasikan dengannya, tapi semua orang yang mendukungnya tanpa syarat akan dikenang karena rasa malu ini juga. Itu tidak akan dilupakan," sebut Presiden Erdogan.

"Kita tidak akan pernah melupakan kurangnya reaksi negara-negara Barat terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan di Gaza, kecuali beberapa negara saja. Kami akan menggunakan semua opsi yang memungkinkan pemerintah Israel untuk dimintai pertanggungjawaban di hadapan pengadilan internasional, atas nama kemanusiaan," tandasnya.