Ingatkan Negara Pendukung Israel, Presiden Erdogan: Sebelum Terlambat, Berpihak pada Hukum Internasional
Presiden Recey Tayyip Erdogan. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan negara-negara pendukung Israel untuk segera berpihak pada hukum internasional, saat jumlah korban tewas dan luka-luka akibat konflik di Gaza terus bertambah.

Presiden Erdogan mengatakan, negara-negara Barat yang memihak Israel dalam konfliknya dengan Palestina harus menahan diri, untuk tidak ikut serta dalam kejahatan Israel.

"Sebelum terlambat, pemerintah negara-negara yang memihak Israel harus berpihak pada hukum internasional, hak asasi manusia, hati nurani dan moralitas, menahan diri untuk tidak berpartisipasi dalam kejahatan ini," ujar Presiden Erdogan kepada wartawan sekembalinya dari Aljazair, dikutip dari TASS 23 November.

"Kita perlu memihak mereka yang tertindas dan menyelamatkan mereka. dari langkah-langkah yang diambil para penindas," lanjut Presiden Erdogan.

Krisis di Gaza pecah setelah militan Hamas menyerang wilayah selatan Israel pada 7 Oktober lalu. Sekitar 1.200 orang tewas dan 240 lainnya dijadikan sandera. Itu memicu blokade total dan serangan terhadap Gaza, dengan belakangan Israel menggelar operasi darat di wilayah kantong Palestina tersebut.

Kantor media setempat mengumumkan pada Hari Rabu, jumlah korban tewas telah mencapai 14.532 orang, termasuk lebih dari 6.000 anak-anak dan 4.000 wanita, seperti dikutip dari Anadolu.

Kantor tersebut menyebutkan jumlah korban cedera lebih dari 35.000 orang dengan lebih dari 75 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

"Kami telah berbicara tentang Holocaust selama beberapa hari. Masyarakat Barat tidak dapat bertahan menghadapi ujian ini, karena hal ini merupakan bagian yang salah dalam sejarah. Pembantaian di Bosnia dan Kosovo diabaikan dan ditutup-tutupi. Ada keheningan yang memalukan mengenai Irak dan Suriah," urai Presiden Erdogan.

"Kali ini berbeda," lanjutnya.

"Seperti yang Anda ketahui, pemerintah di negara-negara ini memilih untuk diam saja, namun rakyat mereka kini berkata: 'Sudah cukup kekejaman ini. Para politisi yang tuli terhadap suara ini akan segera mendapatkan respons demokratis dari rakyatnya sendiri," tandas Presiden Erdogan.

Jika tidak ada perubahan, pembebasan sandera dan tahanan yang disepakati Hamas dan Israel akan dimulai hari ini. Proses tersebut akan berlangsung selama empat hari kedepan, diikuti dengan gencatan senjata selama periode tersebut.

Presiden Erdogan mengatakan, konflik Israel-Palestina "harus dilihat dari sudut pandang kemanusiaan dan tidak seorang pun boleh membeda-bedakan antara Muslim, Kristen, dan Yahudi, serta antara orang-orang dengan latar belakang etnis yang berbeda."