JAKARTA - Sekitar 10.000 warga sipil telah terbunuh di Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022, dengan sekitar setengah dari kematian baru-baru ini terjadi jauh di belakang garis depan pertempuran, kata Kantor Hak Asasi Manusia PBB pada Hari Selasa.
Misi hak asasi manusia PBB di Ukraina, yang memiliki puluhan pemantau, memperkirakan jumlah korban sebenarnya akan "jauh lebih tinggi" dibandingkan penghitungan resmi, karena upaya pembuktian sedang berlangsung.
Hal ini mencakup peristiwa-peristiwa pada bulan-bulan pertama setelah invasi, seperti pertempuran untuk menguasai Mariupol, di mana penduduk melaporkan tingginya korban sipil.
"Sepuluh ribu kematian warga sipil merupakan tonggak sejarah yang suram bagi Ukraina," kata Danielle Bell, yang memimpin misi pemantauan, melansir Reuters 22 November.
"Perang Federasi Rusia melawan Ukraina, yang kini memasuki bulan ke-21, berisiko berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan, dengan korban jiwa yang sangat besar," tandasnya.
Sebagian besar kematian disebabkan oleh senjata peledak dengan dampak luas seperti peluru, rudal dan munisi tandan, kata PBB.
Hampir setengah dari kematian dalam tiga bulan terakhir terjadi jauh di belakang garis depan, kata PBB, menghubungkan hal ini dengan penggunaan rudal jarak jauh oleh pasukan Rusia dan ledakan bom.
BACA JUGA:
Data PBB menunjukkan, orang lanjut usia yang tidak mampu atau tidak mau pindah ke tempat yang lebih aman merupakan bagian yang tidak proporsional dari korban tewas di Ukraina.
Lebih dari sepertiga korban yang dikonfirmasi berusia di atas 60 tahun, sedangkan kelompok usia ini hanya seperempat dari total populasi.
Diketahui, Moskow sendiri sejak awal membantah serangannya di Ukraina sengaja menargetkan warga sipil.