Laba XL Axiata Ambles Hampir 50 Persen di 2020, Dirut: Bisnis Kami Tidak Terganggu Pandemi
Direktur Utama XL Axiata, Dian Siswarini. (Foto: Dok. XL Axiata)

Bagikan:

JAKARTA - Operator telekomunikasi PT XL Axiata Tbk membukukan penurunan laba bersih pada tahun 2020. Padahal, laba perusahaan tercatat tumbuh tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan XL Axiata, yang dikutip Senin 15 Februari, emiten berkode saham EXCL ini mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp371,59 miliar. Angka tersebut atau turun 47,85 persen dibandingkan laba tahun 2019 sebesar Rp712,57 miliar.

Penurunan laba bersih tersebut berbanding terbalik dengan pendapatan XL Axiata yang tercatat mengalami pertumbuhan. Pendapatan XL Axiata tercatat sebesar Rp26 triliun di sepanjang 2020, atau naik 3,4 persen dibandingkan penerimaan 2019 sebesar Rp25,13 triliun.

Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, di sepanjang tahun 2020, pihaknya berfokus pada keunggulan operasional untuk mendorong digitalisasi bisnis dengan menerapkan otomatisasi dan simplicity. Pada saat yang sama, XL Axiata juga terus membangun keintiman dengan pelanggan, dengan memastikan kedua merek yaitu XL dan AXIS mencapai NPS (net promotor score) yang kuat pada segmen pelanggan yang menjadi target melalui beragam produk yang sesuai kebutuhan mereka serta peningkatan kualitas jaringan secara berkesinambungan.

"Terkait pandemi, kami memastikan kelangsungan bisnis perusahaan tidak terganggu dengan menerapkan adaptasi pada norma baru," ujar Dian Siswarini dalam keterangan tertulisnya.

Sektor data masih menjadi kontributor pendapatan XL Axiata terbesar dengan torehan Rp21,38 triliun, naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp19,28 triliun. Sedangkan penerimaan dari non-data adalah sebesar Rp2,82 triliun, turun 22,95 persen dibandingkan pendapatan pada akhir 2019 senilai Rp3,66 triliun.

Sektor penyumbang penerimaan terbesar ketiga XL Axiata adalah jasa interkoneksi yang menghimpun Rp773,28 miliar, juga menurun dibandingkan pendapatan di tahun 2019 sebesar Rp1,11 triliun. Sementara itu, beban perusahaan mengalami kenaikan dari Rp21,85 triliun pada 2019 menjadi Rp23,37 triliun di akhir tahun lalu.

Dari sisi liabilitas, XL Axiata mampu menekan liabilitas jangka pendek menjadi Rp18,85 triliun dari Rp21,29 triliun pada akhir tahun lalu. Hal ini tidak lepas dari berkurangnya utang usaha dari pihak ketiga menjadi Rp7,24 triliun dari sebelumnya Rp7,92 triliun.

Sementara itu, jumlah liabilitas jangka panjang mengalami kenaikan dari Rp22,31 triliun menjadi Rp29,75 triliun di akhir tahun 2020. Liabilitas sewa tercatat naik dari Rp12,12 triliun menjadi Rp19,61 triliun pada 2020.

Pandemi COVID-19 tidak menghalangi XL Axiata untuk terus membangun jaringan. Hingga akhir 2020, XL Axiata tercatat memiliki total lebih dari 144 ribu BTS.

Jumlah ini meningkat sekitar 11 persen year on year (yoy). Dari total sebanyak itu, 54.297 merupakan BTS 4G.

Jika dilihat dari luas cakupan wilayah, jaringan 4G milik XL Axiata telah melayani pelanggan di 458 kota/kabupaten di hampir semua provinsi yang ada di Republik Indonesia.

Guna menyiapkan jaringan menuju 5G, XL Axiata juga terus melanjutkan proses fiberisasi jaringan. Fiberisasi ini untuk mendukung peningkatan kualitas jaringan data di setiap area karena salah satu manfaat dari proses ini adalah kapasitas jaringan transport menjadi lebih besar.

Fiberisasi terbukti mampu meningkatkan kualitas jaringan untuk menopang sejumlah layanan data dengan kapasitas besar, seperti antara lain live video streaming.