Bagikan:

JAKARTA - Kemampuan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) mencetak laba bersih Rp27,1 triliun pada sepanjang 2020 membuktikan bahwa perseroan memiliki strategi jitu untuk tetap berkinerja positif meski tengah dalam kondisi pandemi.

Walaupun raihan cuan tersebut merosot 5 persen dibandingkan dengan periode 2019 yang sebesar Rp28,6 triliun, namun bank dengan kode saham BBCA itu berhasil menahbiskan diri sebagai bank dengan bukuan laba bersih terbesar se-Indonesia.

Biasanya, lembaga jasa perbankan yang paling sukses mencetak laba adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Disinyalir, kinerja bank pelat merah itu anjlok akibat segmentasi bisnis utamanya, yakni UKM dan UMKM terdampak hebat akibat pandemi. Tercatat untuk sepanjang 2020 BRI ‘hanya’ mampu menghimpun keuntungan Rp18,66 triliun.

Lantas, apa rahasia BCA hingga bisa menyalip BRI? Jawabannya adalah optimalisasi saluran transaksi digital. Saking terkenalnya BCA dalam ranah ini, para bankir kerap menyebut bank BUKU IV tersebut sebagai “transaction banking”.

Dalam kondisi pandemi, mau tidak mau aktivitas keuangan yang dilakukan nasabah secara tatap muka akan menurun drastis jika dibandingkan dengan keadaan normal sebelumnya. Hal itu kemudian menjadi ruang besar yang bisa dimanfaatkan lewat transaksi digital guna menunjang aktivitas keuangan nasabah sehari-hari.

Mengutip paparan kinerja BCA hari ini, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan segala tantangan pada 2020 telah membuktikan pentingnya fokus dan strategi perbankan untuk mengembangkan platform digital.

“Ini secara khusus telah membuat BCA siap menghadapi kondisi yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19,” ujarnya, Senin, 8 Februari.

Jika tidak percaya, Jahja bahkan membeberkan sendiri prestasi perusahaannya dalam kegiatan transaksi dunia maya.

Hingga penutupan tahun buku 2020, jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking BCA melesat 50,7 persen secara tahunan. Tercatat, pada tahun lalu bank yang dikuasai oleh konglomerat Hartono bersaudara ini memproses lebih dari 30 juta transaksi perhari secara rata-rata, atau tumbuh 18,3 persen dari periode 2019.

“Perbankan transaksi yang merupakan lini bisnis utama BCA justru memperoleh perhatian yang lebih besar dari nasabah dan pemangku kepentingan lainnya,” tutur dia.

Seolah tidak puas, BCA pada tahun ini bahkan memantapkan langkahnya untuk membentuk usaha baru yang bernama BCA Digital. Berdasarkan pemberitaan VOI sebelumnya, BCA Digital merupakan entitas anak yang khusus menggarap segmen transaksi mobile dengan target utama kaum milenial.

BCA Digital sendiri merupakan lembaga keuangan yang didirikan dari hasil akuisisi Bank Royal pada penghujung 2019 silam. Kala itu, BCA disebut-sebut menggelontorkan dana segar tidak kurang dari Rp988 miliar untuk mencaplok bank kategori BUKU I ini untuk bisa naik kelas ke BUKU II. Rencanannya, BCA Digital siap diluncurkan pada semester I tahun ini.

“Kami mempelajari wawasan baru serta mendapatkan pengalaman berharga untuk melayani nasabah dengan lebih baik lagi,” tutup Jahja.