JAKARTA - Israel telah memberikan persetujuan awal kepada Amerika Serikat untuk mengerahkan pasukan militer internasional di Jalur Gaza setelah konflik berakhir, lapor lembaga penyiaran publik Israel, KAN.
“Utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah Brett McGurk telah diberitahu soal keputusan Israel tersebut,” kata KAN dikutip ANTARA dari Anadolu, Kamis, 16 November.
Setelah tiba di Israel pada Rabu, 15 November, sebagai bagian dari lawatan ke kawasan tersebut, McGurk mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
KAN, mengutip dua sumber Israel, melaporkan bahwa pembicaraan antara utusan AS dan para pejabat Israel fokus kepada penempatan pasukan internasional di Gaza setelah perang berakhir.
Para pejabat Israel mengatakan kepada McGurk bahwa Otoritas Palestina yang berpusat di Ramallah tak akan mampu memerintah Gaza setelah perang tersebut, kata lembaga penyiaran tersebut.
BACA JUGA:
Serangan Israel yang kontroversial selama sebulan terakhir telah menyebabkan kematian massal dan pembantaian. Banyak analis kebijakan luar negeri mempertanyakan akhir dari konflik tersebut, dan apakah Israel benar-benar berhasil mencapai tujuannya.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023.
Tercatat 11.500 warga Palestina terbunuh dalam serangan itu, termasuk sekitar 7.900 perempuan dan anak-anak, sementara lebih dari 29.800 lainnya luka-luka, kata pihak berwenang Palestina.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, rusak atau hancur akibat serangan Israel.
Sementara itu, menurut angka resmi, korban tewas di pihak Israel mencapai 1.200 orang.