Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat bersama sejumlah negara tengah mempertimbangkan berbagai kemungkinan perubahan terkait masa depan Jalur Gaza, jika kelompok militan Hamas berhasil disingkirkan dari wilayah tersebut, ujar Menteri Luar Negeri Antony Blinken.

Berbicara kepada Senate Appropriations Committee, Menlu Blinken mengatakan status quo kelompok Islam Palestina Hamas yang memimpin daerah kantong padat penduduk tidak dapat dilanjutkan, tetapi Israel juga tidak ingin menguasai Gaza.

Di antara kedua posisi tersebut terdapat "berbagai kemungkinan permutasi yang sedang kami amati dengan cermat saat ini, seperti halnya negara-negara lain," kata Menlu Blinken, melansir Reuters 1 November.

Apa yang paling masuk akal pada suatu saat, kata Blinken, adalah "Otoritas Palestina yang efektif dan direvitalisasi" untuk memiliki pemerintahan atas Gaza, namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah hal tersebut dapat dicapai.

"Dan jika Anda tidak bisa, maka ada pengaturan sementara lainnya yang mungkin melibatkan sejumlah negara lain di kawasan. Ini mungkin melibatkan badan-badan internasional yang akan membantu menyediakan keamanan dan pemerintahan," terang Menlu Blinken.

Diketahui, Washington telah berbicara dengan Israel, serta negara-negara lain di kawasan ini, tentang bagaimana mengatur daerah kantong Palestina jika Israel menang di medan perang, namun rencana yang jelas belum muncul.

Di antara opsi yang sedang dijajaki oleh Amerika Serikat dan Israel adalah kemungkinan pasukan multinasional yang mungkin melibatkan pasukan AS, atau Gaza akan ditempatkan di bawah pengawasan PBB untuk sementara waktu, menurut laporan Bloomberg Hari Selasa.

Menanggapi laporan tersebut, Gedung Putih mengatakan pengiriman pasukan AS ke Gaza sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian bukanlah sesuatu yang dipertimbangkan atau didiskusikan.

Sementara itu, beberapa pembantu Presiden AS Joe Biden khawatir, meski Israel mungkin menyusun rencana efektif untuk menimbulkan kerusakan jangka panjang pada Hamas, namun belum merumuskan strategi keluarnya.

"Kami telah melakukan pembicaraan awal mengenai seperti apa masa depan Gaza," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller dalam sebuah pengarahan.

"Saya berharap hal ini akan menjadi subyek keterlibatan diplomatik yang baik di masa depan," tandas Miller.