Bagikan:

JAKARTA - Berbalikan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih ditutup di zona merah, rupiah justru ditutup menguat pada penutupan perdagangan Senin 2 Maret. Nilai tukar rupiah berhasil berbalik menguat 53 poin atau 0,37 persen ke level Rp14.265 per dolar AS.

"Penguatan rupiah di tengah mewabahnya virus corona ke Indonesia, dikarenakan Bank Indonesia yang memberikan stimulus," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra kepada VOI.

Dalam konferensi pers hari ini, Gubernur BI Perry Warjiyo menerapkan beberapa kebijakan moneter guna meredam dampak virus corona ke perekonomian.

Gubernur Perry mengatakan ada lima langkah kebijakan yang diambil setelah melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini.

"BI meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan atau triple intervention," kata Perry menyebut poin pertama.

Kemudian yang kedua, Perry mengatakan, bank sentral menurunkan giro wajib minimum (GWM) valas untuk bank umum. "Dari 8 persen menjadi 4 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK)," kata Perry dikutip dari cnbcindonesia.

Adapun yang ketiga, BI menurunkan GWM untuk rupiah 50 bps yang berlaku 1 April 2020 selama 9 bulan. "GWM ini untuk mempermudah bank untuk pembiayaan ekspor dan impor," kata Perry.

Yang keempat, BI memperluas cakupan underlying transaksi bagi investor asing dalam lindung nilai. "Termasuk di DNDF. Bagi investor asing yang menjual atau melepas SBN dan memasukkan ke rekening rupiah di Indonesia itu bisa digunakan jadi underlying untuk membeli Domestic Non Delivery Forward (DNDF)," tegas Perry.

Adapun yang kelima, BI menegaskan investor global dapat menggunakan bank kustodi baik global maupun domestik untuk kegiatan investasi di Indonesia.

"Kami tegaskan, semua investor global boleh paka bank kustodi global maupun domestik dalam melakukan investasi," kata Perry.