Bagikan:

JAKARTA - Densus 88 Antiteror menyatakan terjadi penurunan aksi dan penindakan terorisme selama tiga tahun terakhir. Penurunannya cukup signifikan.

"Penurunan kejadian teror dan pelaku tindak pidana terorisme dalam 3 tahun terakhir," ujar Juru Bicara Densus 88 Kombes Aswin Siregar saat dikonfirmasi, Kamis, 2 November.

Berdasarkan data, tercatat 370 kali penegakan hukum dilakukan dan ada enam aksi terorisme selama 2021. Kemudian, jumlahnya menurun pada 2022 dengan 248 penegakkan hukum serta satu kali terjadi aksi terorisme.

Sementara pada 2023, angkanya semakin menurun. Tercatat, hingga Oktober 2023, dilakukan 104 penegakan hukum dan belum terjadinya aksi teror.

"Kita berharap, tahun ini kita bisa menjaga agar negara kita bebas dari peristiwa teror," kata Aswin.

Densus 88 Antiteror Polri meringkus 59 tersangka teroris di beberapa wilayah Indonesia selama Oktober 2023. Mereka merupakan Kelompok Jemaah Islamiyah, Jemaah Ansharut Daulah, maupun Anshor Daulah.

Dari puluhan tersangka terorisme itu, 40 diantaranya kelompok Jamaah Ansharut Daulah. Dari hasil pendalaman, mereka berencana menggagalkan proses Pemilu 2024.

"Ini adalah kelompok pimpinannya AU ada yang disebut dengan kegiatan yang terencana oleh kelompok ini untuk menggagalkan atau mengganggu jalannya pesta demokrasi pemilu," sebut Aswin.

Rencana menggagalkan Pemilu 2024 karena mereka menganggap demokrasi merupakan tindakan melanggar hukum. Sehingga, harus dihancurkan.

"Bagi mereka pemilu adalah rangkaian demokrasi, dimana demokrasi itu adalah maksiat, demokrasi ini adalah sesuatu yang melanggar hukum bagi mereka," sebutnya.

Salah satu rencana mereka untuk menggagalkan pelaksanaan Pemilu 2024 yakni dengan menyerang aparat penegak hukum.

Aksi penyerangan itu nantinya diharapkan berdampak pada suasana yang terasa mencekam dan berbahaya. Sehingga, gelaran pesta demokrasi lima tahunan itu ditunda.