JAKARTA - Turki dan Iran sama-sama tidak ingin konflik di Jalur Gaza, Palestina meluas, menekankan pentingnya gencatan senjata dan perdamaian permanen, mengkritik Amerika Serikat dan sekutu Barat, saat menteri luar negeri kedua negara bertemu.
"Pertama-tama kami terus mengupayakan gencatan senjata, kemudian perdamaian permanen," kata Menlu Turki Hakan Fidan kepada wartawan dalam keterangan pers bersama Menlu Iran Hossein Amirabdollahian, dilansir dari Daily Sabah 2 November.
"Solusi adalah suatu keharusan yang diterima oleh Palestina dan negara-negara di kawasan," lanjut Menlu Fidan.
Dalam kesempatan itu, Menlu Fidan kembali menegaskan Turki siap mengambil tanggung jawab dan menjadi penjamin dalam konflik Israel-Palestina.
Dikatakannya, Turki mendukung solusi dua negara terhadap konflik tersebut, tetapi juga menekankan setiap negara di kawasan untuk berkontribusi dalam proses tersebut.
"Kami membutuhkan kedua belah pihak untuk membuat beberapa konsesi untuk mencapai kesepakatan, dan mereka harus menepati janji mereka," jelasnya.
Lebih jauh, Menlu Fidan juga mengkritik sikap Barat mengenai konflik Gaza, mengecam standar ganda untuk Palestina dan Ukraina.
"Jika kita menginginkan dunia yang adil, kita harus selalu bertindak dengan integritas dan konsistensi. Tetapi, Uni Eropa tidak mau mendengar kata ‘gencatan senjata’ karena posisinya di samping AS, yang ditentukan oleh Israel," urai Fidan.
Menlu Fidan menekankan, Barat "kehilangan sikap superior secara moral" dan "kehabisan semua alasan untuk melakukan penindasan (oleh Israel)."
"Kami tidak ingin drama kemanusiaan di Gaza berkembang menjadi perang yang berdampak pada negara-negara kawasan. Oleh karena itu, kami mengundang seluruh aktor di dalam dan luar kawasan untuk mendorong perdamaian yang adil dan permanen," serunya.
"Kami menginginkan gencatan senjata segera, namun tanpa keberhasilan solusi permanen, permasalahan akan muncul lagi. Israel dan masyarakat Barat harus menerima kenyataan ini: Mereka harus menyetujui solusi yang akan memuaskan rakyat Palestina. Jika tidak, siklus kekerasan ini akan terus berlanjut. Gencatan senjata dan perdamaian menjadi lebih penting dari sebelumnya," tegas Menlu Fidan.
Sementara itu, Menlu Amirabdollahian mengatakan mereka menghargai usulan penjaminan Turki dan berterima kasih kepada Presiden Recep Tayyip Erdoğan.
"Kami menilai setiap usulan yang akan mencegah konflik meluas dan akan mengembalikan hak-hak rakyat Palestina," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, Israel, AS, dan "para pendukung kejahatan perang akan bertanggung jawab jika situasi menjadi tidak terkendali selama perang tidak dapat dicegah."
"Rezim Zionis terus melakukan pembantaian tanpa diskriminasi, menggunakan semua senjata terlarang yang melanggar hukum internasional," jelasnya.
Abdollahian mengatakan konsekuensinya akan sangat berat jika serangan di Gaza terus berlanjut dan mereka yang mendukung perang ini, "kejahatan ini" akan menanggung akibat yang besar.
BACA JUGA:
Diketahui, negara-negara Timur Tengah telah memperingatkan bahwa kekerasan bisa menjadi tidak terkendali dan menekankan perlunya upaya bersama untuk menghentikan pembantaian Israel di Gaza.
Menyoroti pembukaan perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza pada Hari Rabu bagi warga negara asing untuk keluar, Menlu Fidan mengatakan mereka juga telah menghubungi pihak berwenang terkait untuk keberangkatan warga Turki di Gaza.
"Kami berhubungan dengan Mesir dan Israel mengenai masalah ini," katanya.