Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengkritik keras tindakan Israel secara terbuka berupaya menghancurkan Gaza serta penduduknya. Erdogan mencap Israel sebagai negara teroris.

"Israel menerapkan strategi penghancuran total terhadap wilayah dan penduduknya," kata Erdogan secara berapi-api di hadapan anggota partainya, dikutip dari Times of Israel, Rabu 15 November.

“Saya katakan secara terbuka, Israel adalah negara teroris," sambung Erdogan.

Erdogan juga mengatakan Turki akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan para pemimpin partai politik dan militer Israel diadili di pengadilan internasional.

Dalam kesempatan sama, Erdogan menggambarkan kelompok Hamas sebagai "pejuang perlawanan" yang berusaha melindungi tanah dan rakyat mereka.

Kritik pedas terhadap Israel itu dilontarkan usai Kanselir Jerman Olaf Scholz menilai tudingan Erdogan soal Israel telah bertindak layaknya fasisme "tak masuk akal pada Selasa 14 November". Cap Israel negara teroris ini juga dikatakan Erdogan jelang kunjungannya ke Berlin, Jerman.

Agresi Israel di Gaza, Palestina, merupakan upaya balasan kepada kelompok Hamas yang melakukan serangan ke wilayah Israel selatan pada 7 Oktober.

Israel diketahui adalah sekutu regional lama Turki sebelum Erdogan berkuasa. Namun, hubungan kedua negara retak buntut serangan Israel terhadap kapal Mavi Marmara tujuan Gaza yang menewaskan 10 aktivis Turki pada tahun 2010.

Netanyahu dan Erdogan berulang kali saling menyerang satu sama lain pada tahun-tahun berikutnya, termasuk tuduhan genosida penduduk Palestina.

Pada Juli 2014, Erdogan menuduh Israel “menjaga semangat Hitler tetap hidup” selama konflik berkepanjangan Israel-Palestina.

Hubungan kedua negara kemudian menunjukkan sedikit keakraban. Namun, Turki-Israel saling menarik duta besar pada tahun 2018, di tengah kekerasan yangterus terjadi di Gaza, dan relokasi kedutaan besar Israel ke Yerusalem dengan dukungan Amerika Serikat saat dipimpin Donald Trump.

Pada Agustus 2023, Turki-Israel mengumumkan pembaruan hubungan diplomatik. Awal bulan ini, Ankara mengatakan pihaknya memanggil kembali duta besarnya untuk Israel untuk berkonsultasi karena penolakan Israel untuk menyetujui gencatan senjata di Gaza.