Bagikan:

JAKARTA - Bakal calon presden (Capres) 2024, Ganjar Pranowo diajak berdiskusi tentang persoalan yang selalu menjadi problem bangsa: intoleransi dan kebebasan beragama. Dalam acara yang digelar di Hotel Borobudur itu, Ganjar seolah mengikuti sidang ujian.

Dalam acara yang diinisiasi kelompok Kristen yang tergabung dalam Relawan Damai Sejahtera itu, Ganjar mendapat pertanyaan-pertanyaan kritis diajukan oleh pimpinan acara yakni Pendeta Gilbert Lumoindong.

Kepada Ganjar, pendiri GBI Glow Fellowship Centre itu menanyakan apa yang selama ini jadi kegelisahan kaum minoritas di Indonesia. Dimana banyak kasus, kaum minoritas sulit untuk beribadah atau mendirikan tempat ibadah.

"Banyak persoalan tentang toleransi beragama dan kebebasan beribadah di Indonesia. Bagaimana cara bapak agar kami umat Kristen bisa beribadah dengan tenang dan nyaman. Kami juga ingin dipermudah dalam perizinan membangun tempat ibadah," tanya Pendeta Gilbert.

Ganjar dengan tenang dan jelas menjawab pertanyaan dan kegelisahan itu. Bukan janji politik, tapi ia menjawab pertanyaan itu dengan pengalaman yang ia lakukan selama 10 tahun menjabat Gubernur Jawa Tengah.

"Suatu ketika saya pernah didatangi orang yang menyampaikan kenapa gereja kami tidak bisa selesai meskipun sudah diurus selama 22 tahun. Lalu saya turun langsung, saya lakukan lobby dan FKUB saya libatkan. Akhirnya bisa ketemu persoalannya, dirembuk dan selesai. Sekarang mereka bisa beribadah dengan tenang," ucapnya.

Atau saat ada umat Buddha yang mengeluh karena dimintai tiket saat hendak beribadah ke Candi Borobudur. Ganjar kemudian mengajak semua pihak duduk bersama dan akhirnya sepakat membuat satu tempat khusus untuk mereka beribadah.

Juga kasus yang sama ketika umat Hindu kesulitan beribadah di Candi Prambanan. Ganjar juga turun langsung dan menyelesaikan itu. Dibuatlah satu tempat khusus bagi umat Hindu untuk beribadah dengan tenang tanpa gangguan.

"Semua itu sudah saya lakukan, bukan hanya janji," ucapnya.

Ganjar mengatakan paham betul persoalan yang dihadapi kelompok itu karena pernah belajar di SMA Bopkri Jogja. Ia juga diajarkan oleh partai bagaimana kebhinekatunggalikaan, apa itu nilai Pancasila, UUD 1945 dan keberagaman.

"Kalau soal kebebasan beribadah itu bukan cerita SKB (Surat Keputusan Bersama, red), itu cerita konstitusi yang paling tinggi di republik ini," tegasnya.

Jawaban Ganjar itu membuat Pendeta Gilbert dan ratusan umat Kristen lain yang ada di tempat itu bertepuk tangan. Mereka sangat puas dan yakin, bahwa Ganjar mampu mewujudkan toleransi dan kebebasan beragama yang diatur undang-undang.

"Dan kita senang hari ini ketemu pak Ganjar yang tidak hanya bicara retorika atau janji politik, tapi memberikan jawaban sesuai pengalaman yang telah dilakukan. Ini yang kita butuhkan, orang yang tidak hanya berjanji tapi yang sudah melakukan. Pak Ganjar adalah pemimpin yang diharapkan bangsa ini," ucap Pendeta Gilbert.

Ganjar lanjut Pendeta Gilbert telah memulai dan berjuang mewujudkan apa yang diharapkan bangsa Indonesia. Komitmen Ganjar dalam hal toleransi dan kebebasan beragama tidak terbantahkan.

"Dan pak Ganjar itu tidak pernah berurusan dengan politik identitas. Ini salah satu yang membuat kelompok minoritas percaya. Kami melihat Pak Ganjar tidak pernah berurusan dengan itu. Dan ini bukan karena beliau membela minoritas, tapi demi persatuan Indonesia karena negara kita sudah final menerima Pancasila," pungkasnya.