Bagikan:

JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meningkatkan patroli di Laut Baltik menyusul kerusakan baru-baru ini pada infrastruktur bawah laut di wilayah tersebut, kata aliansi militer itu pada Hari Kamis.

"Langkah-langkah yang ditingkatkan mencakup penerbangan pengawasan dan pengintaian tambahan, termasuk dengan pesawat patroli maritim, pesawat AWACS NATO, dan drone. Empat armada kapal penyapu ranjau NATO juga dikirim ke daerah tersebut," kata NATO dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 20 Oktober.

Langkah ini menyusul pengumuman pihak berwenang mengenai kerusakan pada kabel telekomunikasi Laut Baltik yang menghubungkan Swedia dan Estonia, serta pipa dan kabel Finlandia-Estonia pada waktu yang hampir bersamaan pada awal bulan ini.

Para pejabat dari negara-negara yang terlibat mengatakan, mereka belum mencapai kesimpulan tegas mengenai siapa yang menyebabkan kerusakan, atau apakah itu tidak disengaja atau disengaja.

"Kami terus memantau situasi dengan cermat, tetap menjalin kontak dekat dengan Sekutu kami Estonia dan Finlandia, serta mitra kami Swedia," kata juru bicara NATO Dylan White.

"NATO akan terus menyesuaikan postur maritimnya di Laut Baltik dan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga keamanan Sekutu," tegasnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Estonia Hanno Pevkur mengatakan, pengerahan kekuatan ini menggambarkan sekutu NATO waspada dan siap bertindak.

"Keputusan tersebut tidak berarti adanya peningkatan ancaman militer. Sebaliknya, hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Sekutu kuat dan NATO secara keseluruhan memandang perlindungan infrastruktur penting sebagai isu penting," jelasnya.

Diperkirakan dua dari empat kapal penyapu ranjau diperkirakan mengunjungi Tallinn pada Hari Jumat.

NATO, Uni Eropa dan pemerintah nasional telah menjadikan perlindungan jaringan pipa dan kabel bawah laut sebagai prioritas utama, sejak ledakan pada September 2022 merusak jaringan pipa Nord Stream di bawah Laut Baltik dan memutus pasokan gas Rusia ke Eropa.

Diketahui, Ppara penyelidik mengatakan ledakan-ledakan itu merupakan tindakan sabotase, namun belum memutuskan siapa yang bertanggung jawab.