Bagikan:

JAKARTA - Diplomat China menyebut krisis yang terjadi di Timur Tengah, tepatnya di Gaza, saat ini lantaran belum terjaminnya hak-hak warga Palestina, saat ia memulai kunjungan ke kawasan itu untuk turut mencari jalan meredakan konflik.

Tiba di Qatar pada Hari Kamis, Utusan Khusus China untuk Timur Tengah Zhai Jun berbicara dengan koleganya Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Afrika yang juga Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov, menegaskan kembali keselarasan Beijing dan Moskow untuk membantu mengurangi eskalasi krisis Gaza.

Tiongkok dan Rusia memiliki posisi yang sama mengenai masalah Palestina, kata Zhai setelah bertemu dengan Bogdanov di Doha, sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pembicaraan dengan "sahabatnya" Presiden Xi Jinping di Beijing.

"Alasan mendasar atas situasi konflik Palestina-Israel saat ini adalah hak-hak nasional sah rakyat Palestina belum terjamin," kata Zhai, melansir Reuters 20 Oktober.

Di Qatar, Zhai mengatakan Tiongkok siap menjaga komunikasi dan koordinasi dengan Rusia untuk meredakan konflik Israel-Palestina.

Sejauh ini, pihak Kementerian Luar Negeri Tiongkok belum mengumumkan rincian rencana perjalanan Zhai di kawasan Timur Tengah.

Sementara, Kementerian Luar Negeri Rusia dikutip dari TASS mengatakan, kedua mendukung "mendukung penghentian permusuhan sesegera mungkin, mencegah konflik meningkat, menyelesaikan masalah kemanusiaan yang mendesak, termasuk bantuan darurat kepada penduduk yang terkena dampak dan pembebasan sandera."

Kemarin, Presiden China Xi Jinping dalam komentar publik pertamanya mengenai krisis di Gaza mengatakan, solusi dua negara untuk membentuk Palestina merdeka adalah "jalan keluar mendasar" dari konflik Israel-Hamas.

"Prioritas utama saat ini adalah gencatan senjata sesegera mungkin, untuk menghindari konflik meluas atau bahkan tidak terkendali dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius," kata Presiden Xi, mengutip CNN dari CCTV.

Hingga 19 Oktober, jumlah korban tewas di pihak Israel sekitar 1.400 orang dan 4.500 lainnya luka-luka menurut IDF. Sedangkan Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 3.785 orang tewas dan 12.000 luka luka. Itu termasuk lebih dari 1.500 anak-anak, 1.000 wanita dan 120 lansia