Bagikan:

JAKARTA - Sebuah tim ilmuwan internasional pada Hari Kamis mengumpulkan sampel ikan dari kota pelabuhan dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, untuk menilai dampaik dari pelepasan air limbah radiokatif yang telah diolah ke laut.

Studi yang dilakukan badan pengawas nuklir PBB ini adalah yang pertama sejak pelepasan air dimulai pada Bulan Agustus, langkah yang menuai kritik dari nelayan setempat dan mendorong Tiongkok untuk melarang semua impor produk laut dari Jepang seiring kekhawatiran akan keamanan pangan.

Para ilmuwan dari Tiongkok, Korea Selatan, dan Kanada mengamati kumpulan sampel ikan yang dikirim langsung dari kapal di pelabuhan Hisanohama, sekitar 50 kilometer selatan PLTN yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami tahun 2011 lalu.

Sampel tersebut akan dikirim ke laboratorium di masing-masing negara untuk pengujian independen, kata Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

"Pemerintah Jepang telah meminta kami melakukan hal ini dan salah satu alasan mereka ingin kami melakukan hal ini adalah, untuk mencoba dan memperkuat kepercayaan terhadap data yang dihasilkan Jepang," kata Paul McGinnity, ilmuwan riset IAEA yang mengawasi pengujian tersebut, melansir Reuters 19 Oktober.

Diketahui, lebih dari satu juta metrik ton air terkontaminasi akibat kontak dengan batang bahan bakar di reaktor setelah bencana tahun 2011, akan dilepaskan ke laut.

Sebelum dilepaskan, air disaring untuk menghilangkan isotop, sehingga hanya menyisakan tritium, isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan, kata operator pabrik Tepco. Air juga diencerkan hingga kadar tritium berada di bawah batas peraturan.

Tritium dianggap relatif tidak berbahaya karena radiasinya tidak cukup energik untuk menembus kulit manusia. Namun, jika tertelan dalam kadar yang lebih tinggi dari kadar air yang dikeluarkan, hal ini dapat meningkatkan risiko kanker, menurut artikel Scientific American pada tahun 2014.