Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Fumio Kishida dan beberapa menteri makan makanan laut yang bersumber dari laut di lepas pantai Prefektur Fukushima pada Hari Rabu, di tengah kekhwatiran akan dampak pelepasan air limbah radioaktif PLTN Fukushima yang telah diolah, terhadap hasil laut di kawasan tersebut.

Jamuan makan siang tersebut dinilai bertujuan untuk menghilangkan kekhawatiran, mengenai kemungkinan dampak negatif dari air yang dibuang terhadap kesehatan manusia, serta kerusakan reputasi produk perikanan dari daerah sekitar prefektur timur laut Jepang.

Setelah pertemuan di kantor Perdana Menteri, Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Yasutoshi Nishimura, yang bertanggung jawab atas kebijakan nuklir, mengatakan, PM Kishida makan sashimi yang terdiri dari ikan bass, flounder, dan gurita, bersama dengan nasi yang dipanen di Fukushima.

"Kita perlu memberi tahu masyarakat baik di dalam maupun luar negeri tentang keamanan makanan laut yang ditangkap di laut dekat kompleks nuklir Fukushima," kata Nishimura kepada wartawan setelah pertemuan tersebut, melansir Kyodo News 30 Agustus.

Kamis pekan lalu, Jepang mulai melepaskan air olahan ke Samudera Pasifik dari PLTN Fukushima Daiichi, yang hancur akibat gempa bumi dahsyat dan tsunami pada Bulan Maret 2011, meskipun ada penolakan dari nelayan lokal dan China.

Jepang mengklaim sebagian besar radionuklida, kecuali tritium, telah dihilangkan dari air limbah yang dibuang melalui proses pemurnian.

Tritium diketahui tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan manusia dibandingkan bahan radioaktif lainnya, seperti cesium dan strontium, karena memancarkan radiasi lemah dan tidak terakumulasi di dalam tubuh, kata para analis.

Sementara, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan metode, pelepasan air di Jepang sejalan dengan standar keselamatan global dan akan memiliki dampak radiologis yang "dapat diabaikan" terhadap manusia dan lingkungan.