Bagikan:

JAKARTA - Pejabat senior badan-badan Perserikatan Bangsa Bangsa memperingatkan risiko dari tertahannya bantuan kemanusiaan untuk Gaza di perbatasan, saat krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya membayangi kawasan tersebut.

Truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan tertahan di persimpangan Rafah, perbatasan antara Gaza dan Mesir, kondisi yang disesalkan oleh Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam unggahannya di X, mengatakan bantuan tertahan selama empat hari.

"Setiap detik kita menunggu bantuan medis masuk, kita kehilangan nyawa," katanya seperti dikutip dari situs PBB Kamis 19 Oktober.

Pejabat senior PBB terus melakukan upaya diplomatik guna mendukung akses kemanusiaan ke Gaza. Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths berada di Kairo di mana hari ini ia akan menemani Sekjen PBB Antonio Guterres.

Dalam unggahannya di X, Griffiths menuliskan, memberikan bantuan kepada masyarakat Gaza adalah "masalah hidup atau mati".

"Melakukan hal ini dengan cara yang berkelanjutan, tanpa hambatan dan dapat diprediksi adalah keharusan kemanusiaan," tambahnya.

Dikatakan, makanan, air, obat-obatan penting dan pasokan kesehatan hampir habis di wilayah kantong tersebut, di mana lebih dari seperempat penduduknya terpaksa mengungsi sejak awal konflik.

Sementara itu, Kepala Badan Pengungsi Palestina PBB Philippe Lazzarini dalam pertemuan darurat Dewan Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakan, "bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya sedang terjadi di depan mata kita."

"Gaza sedang dicekik dan dunia seolah kehilangan rasa kemanusiaannya," ujarnya.

"Setiap jam kami menerima semakin banyak seruan bantuan dari masyarakat di seluruh Jalur Gaza. Ribuan warga sipil terbunuh dalam 12 hari terakhir, termasuk wanita dan anak-anak," urai Lazzarini.

Sedangkan Sekjen PBB Antonio Guterres menggarisbawahi, bantuan sangat dibutuhkan untuk menanggapi kebutuhan paling mendasar masyarakat Gaza, yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak.

"Terlalu banyak nyawa dan nasib seluruh kawasan berada dalam bahaya," sebutnya.

WHO mengatakan pada Hari Selasa, dari 35 rumah sakit di sana, empat di antaranya tidak berfungsi "karena kerusakan parah dan terkena serangan". Hanya delapan dari 22 pusat layanan kesehatan primer yang dijalankan oleh Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) yang berfungsi sebagian.