Bagikan:

JAKARTA – Evaluasi terhadap sistem keamanan sekolah-sekolah di DKI Jakarta perlu dilakukan untuk mencegah peserta didik (murid) jatuh dari lantai atas gedung sekolah. Hal itu dikatakan oleh pemerhati anak dan pendidikan Retno Listyarti.

Terkait kasus tewasnya seorang siswa SMP Negeri 132 Cengkareng yang jatuh dari lantai empat gedung sekolah pada Senin, 9 Oktober, Retno mengatakan keamanan pada jendela kelas di lantai atas sekolah adalah salah satu aspek yang perlu dievaluasi.

“Ke depan, perlu ada evaluasi terkait keamanan jendela, misal, dengan memasang teralis besi sehingga tidak ada peserta didik yang dapat keluar dari jendela,” kata Retno dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, sekolah juga perlu memasang kamera pengawas (CCTV) yang dapat mempermudah guru piket mengawasi keamanan di sekolah, khususnya terkait keadaan kelas-kelas saat jam istirahat.

Meski begitu, televisi pengawas sebaiknya tidak diletakkan di ruang kepala sekolah karena guru piket mungkin merasa sungkan apabila harus masuk ke ruang kepala sekolah. Apalagi kepala sekolah kerap menerima tamu.

Retno menyarankan televisi pengawas diletakkan di ruang lain, seperti ruang tata usaha.

“Hal itu adalah supaya guru piket ataupun para pendidik dan tenaga kependidikan dapat ikut memantau situasi-situasi rawan di sekolah,” kata dia.

Selain evaluasi keamanan, Retno juga menyoroti pentingnya layanan psikososial diberikan kepada peserta didik, terutama bagi peserta didik kelas IX SMP yang banyak tekanan.

Ia mengatakan, meskipun kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, sebagian besar orang tua saat ini masih kurang memiliki perhatian dengan kesehatan mental putra-putrinya

“Dalam hal ini, Dinas Pendidikan dapat bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak setempat,” kata dia.

Kapolsek Cengkareng, Kompol Hasoloan Situmorang pada Rabu, 11 Oktober mengatakan, pihaknya menyimpulkan bahwa penyebab siswa SMPN 132 Cengkareng jatuh dari lantai empat bangunan sekolah hingga tewas adalah akibat tergelincir dari jendela yang dipergunakan korban bersama teman-temannya untuk keluar.

Dengan demikian, kata Hasoloan, kasus tersebut murni kecelakaan dan bukan akibat perundungan, bunuh diri, atau didorong temannya.

Belum lama, seorang siswi kelas VI tewas usai terjatuh dari lantai 4 gedung sekolah di SDN 06, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Korban sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.

Kapolsek Pesanggrahan Kompol Tedjo Asmoro mengatakan kejadian itu terjadi pada Selasa, 26 September.

Saksi yang juga seorang murid di SDN 06 Pesanggrahan, Jakarta Selatan menceritakan detik-detik, SR lompat dari lantai 4 gedung sekolah hingga akhirnya tewas.

Saksi yang tak disebutkan namanya itu mengatakan, sebelum SR lompat dari ketinggian, ia melihat korban bertengkar dengan siswa lain di sekolah itu.

Dijelaskan saksi, ia melihat SR dengan temannya melakukan kegiatan pembiasaan di lantai bawah sekolahnya. Ia melihat korban sempat bertengkar dengan teman murid laki-laki di sekolah itu.

“Mungkin dia gak terima di dorong. Laki-laki yang dorong dia. Terus pas 07.30 WIB. Aku pikir dia mau ngapain berdiri di meja. Keluar dari balkon minggir ke Tengah-tengah,” kata saksi dalam rekaman video yang dilihat Rabu, 27 September.

Tak lama kemudian, korban merentangkan tangannya seperti layaknya film Titanic. Kemudian dia loncat dari lantai 4 sekolahnya.

“Dia merentangkan tangan (gaya Titanic). Terus loncat habis itu kebentur tembok, dia langsung jatuh ke bawah,” ucapnya.

Polres Metro Jakarta Selatan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk mengungkap peristiwa ini.

Kepolisian menemukan barang bukti berupa kursi yang digunakan korban untuk memanjat dan melompat dari lantai 4 sekolahnya.