Bagikan:

JAKARTA - Gempa berkekuatan 6,3 skala Richter mengguncang Provinsi Herat di bagian barat Afghanistan pada Hari Rabu, memaksa pihak berwenang untuk mengerahkan kembali tim pencarian dan penyelamatan yang telah berhari-hari di lapangan, setelah gempa mematikan pada Hari Sabtu.

Tidak ada rincian awal mengenai korban jiwa yang disebabkan oleh gempa terbaru, kata juru bicara manajemen bencana Janan Sayeeq kepada Reuters, seperti dikutip 11 Oktober.

Kantor Gubernur Herat mengatakan dalam sebuah pernyataan, beberapa distrik yang berbatasan dengan daerah-daerah yang telah rata dengan tanah akibat gempa bumi sebelumnya, telah mengalami "kerugian yang sangat besar".

"Tim medis dan petugas medis telah bekerja sama dan telah memindahkan beberapa orang yang terluka ke rumah sakit," kata kantor gubernur.

Terpisah, Pusat Penelitian Geosains Jerman (GFZ) mengatakan bahwa gempa terakhir berkekuatan 6,3 SR dan terjadi pada kedalaman 10 km (6,21 mil).

Sebelumnya, lebih dari 2.000 orang terluka ketika gempa bumi meratakan ribuan rumah di barat laut kota Herat beberapa hari sebelumnya.

Diketahui, gempa pada Hari Sabtu yang mengguncang Afghanistan menewaskan sedikitnya 2.400 orang, kata pemerintah yang dikuasai Taliban, menjadikan gempa tersebut sebagai salah satu yang paling mematikan di dunia sepanjang tahun ini.

Gempa tersebut berkekuatan 6,3 skala Richter, terjadi 35 km (20 mil) barat laut kota Herat, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).

Upaya bantuan dan penyelamatan setelah gempa bumi pada hari Sabtu terhambat oleh infrastruktur yang hancur akibat perang selama beberapa dekade, serta kurangnya bantuan asing yang pernah menjadi tulang punggung ekonomi, namun telah mengering sejak Taliban mengambil alih.

Sistem perawatan kesehatan Afghanistan, yang sebagian besar bergantung pada bantuan asing, juga menghadapi pemotongan yang melumpuhkan.

Dikelilingi oleh pegunungan, Afghanistan memiliki sejarah gempa bumi yang kuat, banyak terjadi di wilayah Hindu Kush yang berbatasan dengan Pakistan.