Bagikan:

JAKARTA –Sejarah hari ini, 22 tahun yang lalu, 4 Juni 2000, Bengkulu dihantam gempa bumi dahsyat. Gempa itu berkekuatan 7,3 Skala Richter (SR). Artinya, daya guncang dari gempa cukup besar. Bahkan, dapat meluluh lantak banyak hal.

Korban pun berjatuhan. 94 orang tewas, dan ribuan lainnya luka-luka. Bangunan yang rusak pun tak kalah sedikit. Belasan ribu bangunan, dari sekolah hingga tempat ibadah rusak parah. Karenanya, gempa tahun 2000 menjadi kejadian yang tak bisa dilupakan dalam ingatan orang Bengkulu.

Gempa dengan magnitude besar pernah menghampiri Bengkulu. Badan Meteorologi dan Geofisika mencatat magnitude gempa berada pada angka 7,3 SR. Imbasnya, warga Bengkulu berhamburan keluar rumah dan berebut ke tempat-tempat terbuka pada malam hari.

Apalagi getaran itu sempat membuat segenap warga Bengkulu panik karena gempa dapat memancing gelombang tsunami. Alhasil, Semuanya dilanda kepanikan. Gempa itu getarannya terasa hingga Padang, Palembang, Lampung, dan sebagai wilayah Jakarta. Banyak orang selamat. Namun, yang menjadi korban tak sedikit.

Ilustrasi seismograf, alat pencatat getaran gempa bumi. (Unsplash)

Korban meninggal dunia mencapai 94 orang, sedang ribuan lainnya menderita luka-luka. Bangunan yang rusak pun tak kalah sedikit. Kerusakan mencapai belasan ribu. Dari rumah tinggal, toko, ruko, sekolah, hingga rumah ibadah.

Meski begitu, tak sedikit juga bangunan yang bertahan dari guncangan gempa. Benteng Fort Marlborough, misalnya. Benteng peninggalan Inggris ini terlihat kokoh. Pun tiada kerusakan yang berarti akibat gempa menerpa Fort Marlborough.

“Bahkan di salah satu sudut benteng yang menghadap ke laut kini telah berubah menjadi tempat pembuangan sampah. Kondisi ini membuat benteng yang sangat kuat itu terlihat jorok. Kekuatan benteng ini teruji ketika terjadi gempa di Bengkulu pada tahun 2000, tidak seperti ribuan bangunan lainnya di Bengkulu, benteng Fort Marlborough tidak mengalami kerusakan berarti,” tertulis dalam laporan Harian Kompas berjudul Benteng Marlborough Kurang Terawat (2003).

Imbas lainnya dari Gempa Bengkulu adalah tingginya angka kelahiran bayi prematur. Alias kelahiran bayi lebih cepat daripada umumnya.

Ilustrasi kerusakan bangunan akibat gempa bumi. (Antara) 

Perihal itu disinyalir karena ibu dari bayi mengalami stres tinggi akibat gempa. Semua karena gempa yang berlangsung pada malam hari. Lagi pula guncangannya cukup kuat sehingga memunculkan trauma.  

“Tangis pertama Gemini pecah begitu terjadi gempa bumi di Bengkulu. Nama Gemini digunakan sang ayah, Ujang, sebagai kependekan dari: gempa malam ini. Bayi perempuan dari Desa Tais, Slumang, Bengkulu Utara, itu lahir lebih cepat dua minggu dari perkiraan sebelumnya. Gemini lahir di depan rumah bidan desa yang sedang bergoyang kencang akibat gempa.”

“Bukan hanya Gemini yang kelahirannya dipercepat oleh gempa pada 4 Juni 2000 dini hari itu. Menurut catatan Woman Crisis Center di Bengkulu, sekurangnya ada 10 wanita melahirkan secara mendadak saat gempa berkekuatan 7,3 pada SR itu terjadi mungkin karena stres akibat gempa bumi, kata Nurmi, Kepala Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus, Bengkulu,” tutup Agung Rulianto dan Fadilasari dalam laporan Majalah Tempo berjudul Bayi Prematur Akibat Gempa (2000).