Mengenang Kembali Gempa Bumi Terdahsyat dalam Sejarah Eropa
Dampak kerusakan akibat gempa bumi di Kota Messina (Imagno/Hulton Archive)

Bagikan:

JAKARTA - Dua hari yang lalu, Aceh memperingati 15 tahun bencana tsunami yang hingga kini masih menyisakan duka. Sebelum diterjang tsunami, Aceh mengalami gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 9,3. 

Sekitar 170.000 dinyatakan hilang dan meninggal dunia. Gempa Aceh 2004 menjadi gempa terkuat kedua yang pernah terjadi dan menjadikannya sebagai salah satu bencana terburuk sepanjang masa.

Sejarah buruk akan gempa bumi juga dimiliki oleh Eropa. Pada 28 Desember 1908, bencana gempa bumi terburuk terjadi di Selat Messina di Italia selatan. 

Gempa tersebut meratakan Kota Messina di Sisilia dan Reggio di Calabria di daratan Italia. Gempa bumi tersebut lalu disusul dengan tsunami dan menewaskan sekitar 100.000 orang.

Dilansir dari History, Sabtu 28 Desember 2019, Pulau Sisilia dan Calabria dikenal sebagai la terra ballerina atau tanah menari karena aktivitas seismik berkala yang menghantam kedua wilayah tersebut. Pada 1693, 60.000 orang tewas di Sisilia selatan akibat gempa bumi dan pada 1783 sebagian besar pantai Tyrrenia di Calabria luluhlantak oleh gempa bumi besar yang menewaskan 50.000 orang. 

Gempa yang terjadi pada 1908 menelan korban jiwa terbanyak karena terjadi pada pukul 5:20 pagi. Gempa tersebut datang tanpa peringatan dan sebagian besar orang masih tidur di dalam rumah, tidak sempat menyelamatkan diri ke area yang lebih lapang. 

Guncangan utama, yang diperkirakan berkekuatan sekitar 7,5 skala Richter, menyebabkan tsunami dahsyat dengan gelombang setinggi 40 kaki yang melanda kota-kota pesisir. Dua kota besar di kedua sisi Selat Messina yaitu Kota Messina dan Kota Reggio di Calabria, mengalami kehancuran sekitar 90 persen. 

Jalur telegraf terputus serta jalur kereta api rusak, membuat pendistribusian bantuan terhambat. Lebih buruk lagi, gempa besar tersebut diikuti oleh ratusan gempa kecil pada hari-hari berikutnya. Gempa-gempa kecil tersebut menghancurkan bangunan-bangunan yang tersisa dan melukai tim penyelamat. 

Dalam upaya penyelamatan yang dilakukan selama dua minggu, ratusan orang ditemukan masih hidup di reruntuhan. Dengan 60.000 orang kehilangan tempat tinggal karena bencana gempa dan tsunami, banyak yang terpaksa berimigrasi ke bagian lain di dunia. Butuh waktu beberapa dekade sebelum Italia selatan pulih sepenuhnya dari gempa bumi paling dahsyat dalam sejarah Eropa. 

Penderitaan tidak berhenti di situ. Hujan lebat membasahi kota-kota yang hancur karena gempa, membuat para korban yang kebingungan, terluka, dan hanya mengenakan pakaian tidur berlindung di gua-gua dan gubuk-gubuk yang dibuat dadakan dari reruntuhan gedung. Bahkan pelaut senior hampir tidak bisa mengenali garis pantai karena panjang pantai telah tenggelam beberapa meter ke Selat Messina. 

Para ahli awalnya menduga bahwa tsunami adalah hasil dari perpindahan dasar laut yang disebabkan oleh gempa bumi. Namun, penelitian yang diselesaikan pada awal abad ke-21 menunjukkan bahwa tanah longsor bawah laut, yang tidak ada hubungannya dengan gempa bumi, juga dapat memicu terjadinya tsunami.