JAKARTA - Otoritas Israel disebut akan menggelar penyelidikan internal, setelah keberhasilan serangan militan Hamas Palestina melalui darat, laut dan udara pada Hari Sabtu, menilai sistem pertahanan gagal mengantisipasi serangan di perbatasannya.
"Ada kejanggalan yang mesti diinvestigasi, seperti kenapa kamera pengintai di perbatasan Gaza tidak berfungsi? Kenapa ada tank Merkava dekat perbatasan pagar pembatas padahal tidak ada kesiagaan untuk menyerang Gaza," ujar pengamat Timur Tengah Faisal Assegaf kepada VOI, Senin 9 Oktober.
"Juga kenapa pasukan di markas-markas militer Israel seperti gelagapan, bahkan ada satu video menujukkan dari tujuh tentara Israel, hanya dua bersenjata senapan serbu ketika pasukan Hamas datang menyerang?" sambungnya.
"Juga kenapa respons dari komando pusat di mabes militer Israel di Tel Aviv sangat lambat memberikan perintah untuk mengferakkan pasukan, evakuasi warga sipil setelah pasukan Hamas dan Jihad Islam berada di jalan-jalan di selatan Israel?" tandasnya.
Sementara itu, akademisi dari Middle East Institute di Washington D.C Khaled Elgindy mengatakan, serangan Hamas merupakan keberanian besar yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan kegagalan besar bagi intelijen Israel.
"Secara operasional dan intelijen, ini adalah kegagalan besar, tidak mungkin untuk dilebih-lebihkan," ujarnya seperti mengutip Al Jazeera.
"Gaza adalah salah satu wilayah yang paling diawasi di dunia. Mereka menguasai perbatasan udara, darat dan laut. Mereka biasanya tahu apa yang sedang terjadi. Apa yang masuk dan keluar dari Gaza. Dan fakta mereka tidak mengetahui operasi ini sedang dilakukan, warga Palestina berhasil menembus tembok perbatasan dan memasuki wilayah Israel, ini adalah kegagalan besar," kritiknya.
Bahkan, mantan petinggi militer Israel menilai peristiwa Sabtu lalu sebagai momen 'Pearl Harbour', merujuk pada serangan Jepang yang menghancurkan pangkalan militer Amerika Serkat di Samudra Pasifik pada tahun 1941.
"Seluruh sistem gagal. Ini bukan hanya satu komponen. Seluruh arsitektur pertahanannya terbukti gagal memberikan pertahanan yang diperlukan bagi warga sipil Israel," kata Jonathan Conricus, mantan juru bicara internasional Israel Defense Forces (IDF), dikutip dari CNN.
“Ini adalah momen seperti Pearl Harbour bagi Israel, di mana realitasnya masih ada hingga hari ini, dan akan ada realitas setelah hari ini," sambungnya.
IDF sendiri menurut juru bicaranya Letkol Richard Hect memilih fokus pada pertempuran dan melindungi masyarakat, alih-alih membahas apakah serangan akhir pekan lalu merupakan kegagalan intelijen.
BACA JUGA:
"Kami akan membicarakan apa yang terjadi secara intelijen setelahnya," sebut Hecht.
Sedangkan mantan Menteri Kehakiman Israel Yossi Beilin meyakini akan adanya penyelidikan terkait hal ini, setelah pertempuran berakhir.
"Saya yakin ketika ini berakhir, maka akan ada penyelidikan dan masyarakat akan ditanyai pertanyaan-pertanyaan sulit, pada akhirnya akan ada keputusan mengenai hal itu," kata Beilin.