AS Kerahkan Kapal Perang hingga Jet Tempur ke Dekat Israel, Hamas: Partisipasi Nyata Dalam Agresi
Militer Hamas. (Wikimedia Commons/MujahideenMuqadas)

Bagikan:

JAKARTA - Hamas mengecam rencana Amerika Serikat untuk mengerahkan pesawat tempur dan kapal perang miliknya ke sekitar Israel sebagai dukungan, saat petinggi Washington menyatakan dukungannya terhadap Tel Aviv, meyakini serangan Hamas mungkin diduga untuk mengganggu upaya normalisasi hubungan Israel-Arab Saudi.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan dalam sebuah pernyataan, dirinya memerintahkan pemindahan Kelompok Serangan Kapal Induk USS Gerald R. Ford ke Mediterania Timur yang lebih dekat ke Israel. Pasukan tersebut mencakup kapal induk, sebuah kapal penjelajah berpeluru kendali, dan empat kapal perusak berpeluru kendali.

Selain itu, ia juga mengatakan Amerika Serikat juga telah mengambil langkah-langkah untuk menambah skuadron pesawat tempur F-35, F-15, F-16, dan A-10 Angkatan Udara AS di wilayah tersebut, menambahkan Amerika Serikat juga akan memberikan amunisi kepada Israel.

Pentagon dalam pernyataan selanjutnya mengatakan, Menteri Austin berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant untuk memberikan informasi terbaru kepadanya mengenai tanggapan AS, serta "untuk menyatakan dukungan bagi rakyat Israel dan untuk menerima informasi terkini mengenai operasi Israel untuk memulihkan keamanan dan keselamatan dari serangan teroris Hamas."

"Menteri menegaskan kembali dukungan teguh Amerika Serikat terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri," kata pernyataan itu, menggarisbawahi langkah-langkah AS "diambil untuk memperkuat postur militer AS di kawasan guna meningkatkan upaya pencegahan regional", melansir Reuters 9 Oktober.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Hari Minggu, bantuan tambahan untuk Israel Defense Force (IDF) sedang dikirim ke Israel dan lebih banyak lagi akan menyusul dalam beberapa hari mendatang, kata Gedung Putih setelah pembicaraan mereka. Sedangkan Wakil Presiden AS Kamala Harris juga melakukan panggilan telepon dengan Presiden Israel Isaac Herzog.

Menanggapi rencana Negeri Paman Sam tersebut, Hamas mengecamnya sebagai partisipasi nyata dan mengatakan tidak akan terintimidasi.

"Partisipasi nyata dalam agresi terhadap rakyat kami," ujar juru bicara Hamas Hazem Qassem mengecam pengumuman itu, mengatakan kelompok tersebut tidak akan terintimidasi.

Serangan pejuang-pejuang Hamas di kota-kota Israel pada Hari Sabtu, menjadi serangan paling mematikan terhadap negara itu, sejak serangan Mesir dan Suriah dalam Perang Yom Kippur yang pecah sekitar 50 tahun lalu.

Hamas mengatakan, serangan itu didorong oleh apa yang disebutnya peningkatan serangan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem, serta terhadap warga Palestina di penjara-penjara Israel.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyoroti ancaman terhadap Masjid Al-Aqsa Yerusalem, kelanjutan blokade Israel terhadap Gaza dan normalisasi Israel dengan negara-negara di kawasan.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menduga serangan Hamas ditujukan untuk mengganggu upaya rekonsiliasi antara Israel dengan Arab Saudi.

"Tidak mengherankan jika motivasinya mungkin untuk mengganggu upaya menyatukan Arab Saudi dan Israel, serta negara-negara lain yang mungkin tertarik untuk menormalisasi hubungan dengan Israel," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada CNN.

Gedung Putih memastikan, upaya normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel akan terus berlanjut, meski ada serangan kelompok Hamas.

"Kami pikir kedua negara akan berkepentingan untuk terus mengupayakan kemungkinan ini," kata Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer kepada Fox News.

Menlu Blinken mengatakan, serangan terhadap Israel sebagai "serangan teroris yang dilakukan oleh organisasi teroris", menambahkan belum ada bukti yang terlihat oleh Amerika Serikat jika Iran berada di balik serang