Bagikan:

TEHERAN - Departemen Pertahanan AS, Pentagon, telah memerintahkan pengerahan lebih banyak jet tempur dan kapal perang di wilayah-wilayah yang berada di bawah komando militer AS dan Eropa.

Mereka mengklaim bahwa hal tersebut dilakukan untuk mengurangi ketegangan regional di Asia Barat dan mempertahankan rezim Israel.

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu pagi, juru bicara Pentagon Sabrina Singh mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah memerintahkan penyesuaian postur militer AS yang dirancang untuk meningkatkan perlindungan pasukan AS, untuk meningkatkan dukungan bagi pertahanan Israel, dan untuk memastikan Amerika Serikat siap menanggapi berbagai kemungkinan."

"Untuk mempertahankan keberadaan kelompok penyerang kapal induk di Timur Tengah, Menteri telah memerintahkan Kelompok Penyerang Kapal Induk USS Abraham Lincoln untuk menggantikan Kelompok Penyerang Kapal Induk USS Theodore Roosevelt, yang saat ini dikerahkan di wilayah tanggung jawab Komando Pusat," jelas Singh.

Singh melanjutkan, "Menteri Austin telah memerintahkan kapal penjelajah dan kapal perusak tambahan yang mampu menahan rudal balistik ke wilayah Komando Eropa AS dan Komando Pusat AS. Departemen juga mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesiapan dalam mengerahkan pertahanan rudal balistik darat tambahan."

"Menteri juga telah memerintahkan pengerahan satu skuadron tempur tambahan ke Timur Tengah, untuk memperkuat kemampuan dukungan udara defensif kami," katanya.

"Penyesuaian postur ini menambah jangkauan luas kemampuan yang dimiliki militer AS di kawasan tersebut, termasuk Kelompok Siap Amfibi USS WASP/Unit Ekspedisi Marinir (ARG/MEU) yang beroperasi di Mediterania Timur," menurut juru bicara tersebut.

Para pejabat AS mengatakan pada Jumat (2/8) bahwa Washington siap untuk mengirim lebih banyak jet tempur ke kawasan tersebut sebagai tanggapan atas ancaman Iran dan kelompok perlawanan di Gaza, Lebanon dan Yaman.

Mereka beranggapan bahwa kelompok perlawanan tersebut ingin menyerang rezim Israel dalam beberapa hari mendatang sebagai balasan atas pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas.