Serangan Hamas Sebabkan Ratusan Korban Tewas dan Tawanan, Pengamat: Intelijen dan Pertahanan Israel Kebobolan
Ilustrasi militer Israel. (Wikimedia Commons/IDF Spokesperson's Unit)

Bagikan:

JAKARTA - Intelijen dan pertahanan Israel dinilai kebobolan, setelah serangan militan Hamas Palestina pada Hari Sabtu menimbulkan korban tewas ratusan jiwa dan ratusan lainnya ditahan.

Pengamat menilai serangan tersebut telah direncanakan dengan matang oleh Hamas, sementara di sisi lain Israel dinilai gagal mengantisipasi rencana serangan oleh militan Palestina.

"Tentu saja ada persiapan, karena sistem pertahanan dan keamanan Israel dikenal ketat dan mutakhir. Pagar pembatas yang mereka bangun dilengkapi kamera pemantau 24 jam dan dilengkapi sensor gerak," ujar pengamat Timur-Tengah Faisal Assegaf kepada VOI, Senin 9 Oktober.

"Tapi keberhasilan pasukan Hamas dan Jihad Islam lewat serangan darat, laut dan udara menunjukkan kebobolan intelijen dan sistem pertahanan Israel," urainya.

Ditambahkan olehnya, intelijen Israel juga dinilai gagal dalam mendeteksi persiapan serangan yang dilakukan Hamas dan Jihad Islam.

"Apalagi Hamas tidak ikut berperang pada 2021 dan 2022. Dua tahun itu yang berperang adalah Jihad Islam," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, serangan pejuang-pejuang Hamas di kota-kota Israel pada Hari Sabtu, menjadi serangan paling mematikan terhadap negara itu, sejak serangan Mesir dan Suriah dalam Perang Yom Kippur yang pecah sekitar 50 tahun lalu.

Hamas mengatakan, serangan itu didorong oleh apa yang disebutnya peningkatan serangan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem, serta terhadap warga Palestina di penjara-penjara Israel, seperti mengutip Reuters 9 Oktober.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyoroti ancaman terhadap Masjid Al-Aqsa Yerusalem, kelanjutan blokade Israel terhadap Gaza dan normalisasi Israel dengan negara-negara di kawasan.

Sedikitnya 700 orang di sisi Israel dan 400 oran di pihak Palestina dinyatakan tewas akibat saling serang kedua belah pihak sejak Sabtu.

Mengutip CNN, petinggi Hamas Mousa Abu Marzouk mengatakan kepada al-Ghad TV, jumlah pasti tawanan Israel akan dihitung ulang, tetapi jumlahnya lebih dari seratus orang, menyebut adanya pejabat tinggi militer Israel di antara tawanan. Sedangkan Jihad Islam mengklaim menawan 30 orang Israel.