Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden memastikan dukungan terhadap Ukraina terus berlanjut, memperingatkan penurunan dukungan akan membuat Rusia semakin berani menyulut konflik yang lebih luas, saat bertemu dengan pemimpin negara sekutu, Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Pembicaraan tersebut mencakup para pemimpin Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Polandia, Rumania, Inggris dan Prancis, serta para pemimpin NATO, Komisi Eropa dan Dewan Eropa, yang juga membahas masalah pemulihan ekonomi dan ketahanan pangan Ukraina, kata Gedung Putih.

"Presiden Biden menjelaskan bahwa kita tidak bisa, dalam keadaan apa pun, membiarkan dukungan Amerika terhadap Ukraina terganggu," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan, melansir Reuters 4 Oktober.

Amerika Serikat memiliki komitmen pendanaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan medan perang Ukraina untuk jangka waktu lebih lama. Namun, mereka memerlukan bantuan Kongres untuk menawarkan dukungan tersebut tanpa terputus, katanya.

Ketika ditanya mengenai waktunya, Kirby mengatakan Amerika Serikat memiliki pasokan militer untuk "beberapa bulan atau lebih".

Lebih jauh, Kirby menggemakan kritik Presiden Biden sebelumnya terhadap sekelompok kecil anggota DPR dari Partai Republik yang memblokir pendanaan Ukraina, menyatakan bahwa sebagian besar anggota Partai Republik mendukung negara tersebut.

"Hilangnya dukungan akan membuat (Presiden Rusia Vladimir) Putin percaya bahwa dia sekarang bisa menunggu kita keluar dan dia bisa melanjutkan konflik sampai kita dan sekutu serta mitra kita menyerah," terang Kirby,

Menurutnya, hal tersebut juga akan memberi Presiden Putin kemenangan.

"Jika kita menjauh dari Ukraina, pada dasarnya kita membenarkan kebohongannya. Pada dasarnya kita mengatakan kepadanya, 'Ya, Anda tahu? Anda benar, Putin, Anda dianiaya, Anda adalah korban di sini'," papar Kirby.

"Ini mengerikan dan benar-benar berperan dalam narasi palsunya tentang bagaimana perang ini dimulai," sebutnya.

Amerika Serikat sejauh ini tidak melihat adanya indikasi Presiden Putin telah menggunakan "mesin propagandanya" untuk mengeksploitasi situasi ini, kata Kirby.